Habitat adalah kawasan yang terdiri dari berbagai komponen, merupakan kesatuan fisik dan biotik, dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembang biak. Habitat dengan vegetasi yang memiliki tajuk kontinyu antara satu pohon ke pohon lainnya berperan penting bagi siamang dalam melakukan pergerakan brakhiasi dengan cepat untuk berayun dari pohon ke pohon lain karena siamang jarang turun ke lantai huta.
Siamang menghabiskan sebagian besar hidupnya diatas pohon. Kehidupan mereka didominasi dengan bergelantung dari satu Ketika bergerak lambat, mereka memegang satu cabang dengan satu tangan, sedangkan tangan yang satunya belum dilepas dari cabang yang sebelumnya cabang ke cabang lain. Proses yang dilakukan seperti ini disabut brachiating. Ketika tangan berhasil memegang cabang yang ke dua, tangan baru akan melepas cabang yang pertama dan beralih ke cabang ke tiga.
Ketika bergerak cepat, siamang sering melepas pegangan tangan yang ada dicabang pertama, kemudian bergelantung memegang cabang kedua. Proses seperti ini membutuhkan tenaga yang lebih. Ketika melakukan brachiating, posisi jari tangan seperti memegang pada manusia(empat jari bergabung menjadi satu sementara jari yang satunya berada pada posisi yang berlawanan dari empat jari yang lain). Siamang juga dapat berjalan dipohon dan cabang-cabang kecil menggunakan kakinya yang dibantu oleh tangan terulur untuk membantu menjaga keseimbangan. Siamang dapat melompat dari satu cabang ke cabang pohon yang lain. Dalam satu lompatan dapat mencapai 30 kaki atau 9 m. Salah satu kelemahan siamang adalah tidak suka air dan tidak dapat berenang.
Penyebaran Hylobates tergantung pada kualitas habitatnya. Kualitas habitat yang semakin baik, akan semakin banyak jumlah kelompok yang ada di dalamnya. Jarak antar kelompok semakin berdekatan dan angka kepadatannya juga semakin tinggi. Siamang menempati hutan tropis primer atau sekunder mulai dari dataran rendah hingga perbukitan dengan ketinggian 3800 m. Penyebaran siamang di Sumatera tersebar luas mulai dari Sumatera bagian utara(Aceh) hingga kebagian selatan. Siamang di Sumatra terdapat di rangkaian Pegunungan Bukit Barisan yang terletak memanjang di bagian barat Sumatra dan lebih menyukai hutan dataran rendah dan perbukitan.
Keberadaan siamang di alam liar semakin terancam, karena berubahnya habitat menjadi kawasan perkebunan. Salah satu habitat siamang di Provinsi Bengkulu adalah Bukit Kaba, kawasan yang telah di tetapkan sebagai Taman Wisata Alam, yang memiliki dasar hukum sebagai kawasan konservasi, kian kini, populasinya mengalamni keterdesakan akibat perambahan hutan di seluruh kawasan sabuk Bukit Kaba, khususnya di wilayah kabupaten Kepahiang hingga Bengkok,.
Kawasan ini telah di rambah hingga mencapai 2 Km mendekati puncak gunung Kaba yang merupakan Gunung api aktif tipe A. tak hanya di bagian sisi selatan di sisi utara, bagian Air Meles yang masuk wailayah Rejang Lebong, kawasan Taman Wisata alam inipun memiliki wajah-wajah bopeng jika di lihat dari peta googlemap.
Selain terdesak oleh habitat, faktor yang mempercepat kepunahan siamang dikarenakan, memiliki nilai jual sebagai “komoditi” perdagangan illegal sebagai binatang eksotik menjadi ancaman tersendiri bagi hidup siamang di alam, terutama anak siamang. Karena anak siamang terlihat sangat lucu dan menggemaskan. Untuk mendapatkan anak siamang, biasanya pemburu akan membunuh induknya terlebih dahulu, karena induk siamang sangat protektif terhadap anaknya.
Keberadaan satwa khas sumatera ini khususnya di TWA bukit Kaba, tak akan lama lagi mengalami kepunahan secara lokal, jika tidak dilakukan tindakan nyata dalam upaya konservasi, seperti penegakkan hukum, pembinaan masyarakt lokal, restorasi kawasan hingga upaya patroli yang harus dilakukan rutin petugas, maupun masyarakat yang telah di latih dan di bina.
Siamang Bukan Tukang Selingkuh
Siamang merupakan spesies yang bersifat monogamous. Satu kelompok keluarga terdiri dari satu jantan dewasa, satu betina dewasa yang sampai memiliki 4 keturunan, Dalam kelompok tersebut terdiri beberapa individu muda. Pada habitat aslinya, rerata ukuran kelompoknya empat ekor. Siamang dewasa siap bereproduksi pada usia sekitar 5-7 tahun, dengan masa bunting sekitar 8 bulan, dan biasanya anak yang dilahirkan hanya satu ekor. Siamang muda akan hidup bersama orangtuanya setidaknya sekitar 5-7 tahun. Sifat monogami, ini mengartikan bahwa siamang adalah primata yang setiap pada pasangannya alias tidak akan selingkuh alias tidak akan mendua sepanjang hidupnya dengan satu pasangan, membesarkan anak-anaknya hingga remaja dewa dan si anak memiliki kelompok sendiri. Benar-benar hidup berpasangan yang didalam pasangan tersebut terdapat kesetiaan yang tinggi.
Nyaynian Siamang
Komunikasi merupakan suatu perilaku yang sangat penting bagi makhluk hidup. Organisme dapat bertukar informasi antar satu sama lain secara efektif dengan menggunakan sinyal saat berkomunikasi, salah satunya yaitu menggunakan sinyal berupa suara atau vokalisasi, sama halnya dengan manusia. siamang (Hylobates syndatylus) dari kelompok Gibbon yang merupakan satwa endemik Indonesia, memiliki ciri khas berupa vokalisasi. Sinyal suara pada siamang digunakan sebagai suatu alat komunikasi antar individu dalam satu kelompok atau kelompok yang berbeda.
Setiap pagi, kelompok siamang menimbulkan suara yang sangat keras untuk mengumumkan posisinya dihutan. Suara ini merupakan penanda bahwa wilayah tersebut merupakan daerah kekuasaan (teritorial), sekaligus sebagai pengaturan ruang antar kelompok, atraksi kawin, dan untuk mempererat hubungan sebagai pasangan kawin (Bates, 1970; Leighton, 1987;Cowlishaw, 1992). Nyanyian Hylobatidae ini cukup nyaring melengking sehingga dapat terdengar sampai 1 km bahkan terdengar sampai 2 km.
Sinyal suara yang berupa “nyanyian” dikeluarkan setiap pagi. Jantan dewasa siamang akan menjadi perwakilan kelompok jika terjadi konflik batas wilayah atau gangguan yang lainnya dengan melakukan tindakan agresif. Hal tersebut merupakan salah satu cara untuk mengurangi jumlah energi yang dikeluarkan oleh kelompok dalam mempertahankan teritorialnya.
Sinyal komunikasi tersebut digunakan oleh penerima (individu atau kelompok lain) untuk mengklasifikasikan pengirim sebagai satu anggota atau dari kelas lain . Hal tersebut dikarenakan hewan dapat menunjukkan kemampuannya dalam mengenali dan membedakan individu sejenis dan lainnya pada berbagai tingkat organisasi sosial. Sehingga dapat diperkirakan akan ada perbedaan nyanyian pada setiap individu siamang.
Nyanyian siamang terdiri dari tiga fase: bagian pembukaan, dimana mereka memulai latihan melemaskan badan; nyanyian berikutnya duet antara jantan dan betina, dan suara dari betina yang lambat laun menjadi tinggi (great calls). Aktivitas berusara digunakan sebagai pemberitahuan, menyatakan kehadiran mereka pada kelompok tetangga. Ini sebagai petunjuk untuk konfrontasi dalam batas kebersamaan, kadang–kadang untuk menunjukkan sifat menyerang.siamang juga bisa bersuara keras, teriakan dapat lebih keras pada saat ada usikan seperti dari manusia atau Macan tutul.
Mendengarkan suara siamang bersautan di dalam hutan, buat saya seperti mendengarkan suara okestra Rimba, dengan komposer handal, jika hutan tanpa nyanyian satwa liar bisa dikatakan hutan tersebut telah mati,
Berikut lima fakta tentang Siamang
1. Siamang merupakan satwa yang setia. Iya, dalam hidupnya satwa ini hanya akan memiliki satu pasangan hidup saja. Berbeda dengan kawan-kawannya yang lain, satwa ini monogami permanen. Jadi, kalo salah satu pasangannya diburu, apa yang terjadi dengan pasangannya yang lain? Seperti itulah. So sweet ya.
2. Siamang merupakan penebar benih yang baik. selain omnifora, siamang lebih menyukai buah-buahan sebagai makanan intinya. Tentunya, feses yang doi keluarkan akan tersebar sebagai benih seiring dengan pergerakan Siamang. Semakin jauh pergerakan siamang, tentunya semakin luas juga persebaran benih dari tanaman yang sudah doi makan. Intinya, selalu ada regenerasi hutan. Baik bukan bagi Bumi ini?
3. Siamang gesit dan memiliki nyanyian merdu. Ya, pergerakan siamang tergolong gesit terlebih ketika doi lagi bergelantungan di dahan dan ranting pohon. Selain itu, ketika memulai aktivitasnya di pagi hari, siamang selalu mengeluarkan suara-suara seperti nyanyian. Dan bagi para pendaki ataupun peneliti di hutan, nyanyian siamang ini khas dan unik sehingga dianggap paling merdu dibandingkan dengan kera lainnya.
4. Siamang si Raja Pohon. Maksudnya, hampir selama hidupnya siamang ini selalu diam diatas pohon alias arboreal sejati. Namun, walaupun begitu siamang mampu dan sering berjalan dengan menggunakan kedua kakinya. Ya, doi mampu berjalan tegak tanpa menggunakan tangannya. Keren kan?
5. Siamang memprihatinkan! Seperti yang udah disebutkan diatas, satwa ini tergolong satwa yang terancam punah. Selain itu, menurut CITES satwa ini termasuk Appendix 1 yang artinya tidak bisa diperjualbelikan sama sekali.
Siamang menghabiskan sebagian besar hidupnya diatas pohon. Kehidupan mereka didominasi dengan bergelantung dari satu Ketika bergerak lambat, mereka memegang satu cabang dengan satu tangan, sedangkan tangan yang satunya belum dilepas dari cabang yang sebelumnya cabang ke cabang lain. Proses yang dilakukan seperti ini disabut brachiating. Ketika tangan berhasil memegang cabang yang ke dua, tangan baru akan melepas cabang yang pertama dan beralih ke cabang ke tiga.
Ketika bergerak cepat, siamang sering melepas pegangan tangan yang ada dicabang pertama, kemudian bergelantung memegang cabang kedua. Proses seperti ini membutuhkan tenaga yang lebih. Ketika melakukan brachiating, posisi jari tangan seperti memegang pada manusia(empat jari bergabung menjadi satu sementara jari yang satunya berada pada posisi yang berlawanan dari empat jari yang lain). Siamang juga dapat berjalan dipohon dan cabang-cabang kecil menggunakan kakinya yang dibantu oleh tangan terulur untuk membantu menjaga keseimbangan. Siamang dapat melompat dari satu cabang ke cabang pohon yang lain. Dalam satu lompatan dapat mencapai 30 kaki atau 9 m. Salah satu kelemahan siamang adalah tidak suka air dan tidak dapat berenang.
Penyebaran Hylobates tergantung pada kualitas habitatnya. Kualitas habitat yang semakin baik, akan semakin banyak jumlah kelompok yang ada di dalamnya. Jarak antar kelompok semakin berdekatan dan angka kepadatannya juga semakin tinggi. Siamang menempati hutan tropis primer atau sekunder mulai dari dataran rendah hingga perbukitan dengan ketinggian 3800 m. Penyebaran siamang di Sumatera tersebar luas mulai dari Sumatera bagian utara(Aceh) hingga kebagian selatan. Siamang di Sumatra terdapat di rangkaian Pegunungan Bukit Barisan yang terletak memanjang di bagian barat Sumatra dan lebih menyukai hutan dataran rendah dan perbukitan.
Keberadaan siamang di alam liar semakin terancam, karena berubahnya habitat menjadi kawasan perkebunan. Salah satu habitat siamang di Provinsi Bengkulu adalah Bukit Kaba, kawasan yang telah di tetapkan sebagai Taman Wisata Alam, yang memiliki dasar hukum sebagai kawasan konservasi, kian kini, populasinya mengalamni keterdesakan akibat perambahan hutan di seluruh kawasan sabuk Bukit Kaba, khususnya di wilayah kabupaten Kepahiang hingga Bengkok,.
Kawasan ini telah di rambah hingga mencapai 2 Km mendekati puncak gunung Kaba yang merupakan Gunung api aktif tipe A. tak hanya di bagian sisi selatan di sisi utara, bagian Air Meles yang masuk wailayah Rejang Lebong, kawasan Taman Wisata alam inipun memiliki wajah-wajah bopeng jika di lihat dari peta googlemap.
Selain terdesak oleh habitat, faktor yang mempercepat kepunahan siamang dikarenakan, memiliki nilai jual sebagai “komoditi” perdagangan illegal sebagai binatang eksotik menjadi ancaman tersendiri bagi hidup siamang di alam, terutama anak siamang. Karena anak siamang terlihat sangat lucu dan menggemaskan. Untuk mendapatkan anak siamang, biasanya pemburu akan membunuh induknya terlebih dahulu, karena induk siamang sangat protektif terhadap anaknya.
Keberadaan satwa khas sumatera ini khususnya di TWA bukit Kaba, tak akan lama lagi mengalami kepunahan secara lokal, jika tidak dilakukan tindakan nyata dalam upaya konservasi, seperti penegakkan hukum, pembinaan masyarakt lokal, restorasi kawasan hingga upaya patroli yang harus dilakukan rutin petugas, maupun masyarakat yang telah di latih dan di bina.
Siamang Bukan Tukang Selingkuh
Siamang merupakan spesies yang bersifat monogamous. Satu kelompok keluarga terdiri dari satu jantan dewasa, satu betina dewasa yang sampai memiliki 4 keturunan, Dalam kelompok tersebut terdiri beberapa individu muda. Pada habitat aslinya, rerata ukuran kelompoknya empat ekor. Siamang dewasa siap bereproduksi pada usia sekitar 5-7 tahun, dengan masa bunting sekitar 8 bulan, dan biasanya anak yang dilahirkan hanya satu ekor. Siamang muda akan hidup bersama orangtuanya setidaknya sekitar 5-7 tahun. Sifat monogami, ini mengartikan bahwa siamang adalah primata yang setiap pada pasangannya alias tidak akan selingkuh alias tidak akan mendua sepanjang hidupnya dengan satu pasangan, membesarkan anak-anaknya hingga remaja dewa dan si anak memiliki kelompok sendiri. Benar-benar hidup berpasangan yang didalam pasangan tersebut terdapat kesetiaan yang tinggi.
Nyaynian Siamang
Komunikasi merupakan suatu perilaku yang sangat penting bagi makhluk hidup. Organisme dapat bertukar informasi antar satu sama lain secara efektif dengan menggunakan sinyal saat berkomunikasi, salah satunya yaitu menggunakan sinyal berupa suara atau vokalisasi, sama halnya dengan manusia. siamang (Hylobates syndatylus) dari kelompok Gibbon yang merupakan satwa endemik Indonesia, memiliki ciri khas berupa vokalisasi. Sinyal suara pada siamang digunakan sebagai suatu alat komunikasi antar individu dalam satu kelompok atau kelompok yang berbeda.
Setiap pagi, kelompok siamang menimbulkan suara yang sangat keras untuk mengumumkan posisinya dihutan. Suara ini merupakan penanda bahwa wilayah tersebut merupakan daerah kekuasaan (teritorial), sekaligus sebagai pengaturan ruang antar kelompok, atraksi kawin, dan untuk mempererat hubungan sebagai pasangan kawin (Bates, 1970; Leighton, 1987;Cowlishaw, 1992). Nyanyian Hylobatidae ini cukup nyaring melengking sehingga dapat terdengar sampai 1 km bahkan terdengar sampai 2 km.
Sinyal suara yang berupa “nyanyian” dikeluarkan setiap pagi. Jantan dewasa siamang akan menjadi perwakilan kelompok jika terjadi konflik batas wilayah atau gangguan yang lainnya dengan melakukan tindakan agresif. Hal tersebut merupakan salah satu cara untuk mengurangi jumlah energi yang dikeluarkan oleh kelompok dalam mempertahankan teritorialnya.
Sinyal komunikasi tersebut digunakan oleh penerima (individu atau kelompok lain) untuk mengklasifikasikan pengirim sebagai satu anggota atau dari kelas lain . Hal tersebut dikarenakan hewan dapat menunjukkan kemampuannya dalam mengenali dan membedakan individu sejenis dan lainnya pada berbagai tingkat organisasi sosial. Sehingga dapat diperkirakan akan ada perbedaan nyanyian pada setiap individu siamang.
Nyanyian siamang terdiri dari tiga fase: bagian pembukaan, dimana mereka memulai latihan melemaskan badan; nyanyian berikutnya duet antara jantan dan betina, dan suara dari betina yang lambat laun menjadi tinggi (great calls). Aktivitas berusara digunakan sebagai pemberitahuan, menyatakan kehadiran mereka pada kelompok tetangga. Ini sebagai petunjuk untuk konfrontasi dalam batas kebersamaan, kadang–kadang untuk menunjukkan sifat menyerang.siamang juga bisa bersuara keras, teriakan dapat lebih keras pada saat ada usikan seperti dari manusia atau Macan tutul.
Mendengarkan suara siamang bersautan di dalam hutan, buat saya seperti mendengarkan suara okestra Rimba, dengan komposer handal, jika hutan tanpa nyanyian satwa liar bisa dikatakan hutan tersebut telah mati,
Berikut lima fakta tentang Siamang
1. Siamang merupakan satwa yang setia. Iya, dalam hidupnya satwa ini hanya akan memiliki satu pasangan hidup saja. Berbeda dengan kawan-kawannya yang lain, satwa ini monogami permanen. Jadi, kalo salah satu pasangannya diburu, apa yang terjadi dengan pasangannya yang lain? Seperti itulah. So sweet ya.
2. Siamang merupakan penebar benih yang baik. selain omnifora, siamang lebih menyukai buah-buahan sebagai makanan intinya. Tentunya, feses yang doi keluarkan akan tersebar sebagai benih seiring dengan pergerakan Siamang. Semakin jauh pergerakan siamang, tentunya semakin luas juga persebaran benih dari tanaman yang sudah doi makan. Intinya, selalu ada regenerasi hutan. Baik bukan bagi Bumi ini?
3. Siamang gesit dan memiliki nyanyian merdu. Ya, pergerakan siamang tergolong gesit terlebih ketika doi lagi bergelantungan di dahan dan ranting pohon. Selain itu, ketika memulai aktivitasnya di pagi hari, siamang selalu mengeluarkan suara-suara seperti nyanyian. Dan bagi para pendaki ataupun peneliti di hutan, nyanyian siamang ini khas dan unik sehingga dianggap paling merdu dibandingkan dengan kera lainnya.
4. Siamang si Raja Pohon. Maksudnya, hampir selama hidupnya siamang ini selalu diam diatas pohon alias arboreal sejati. Namun, walaupun begitu siamang mampu dan sering berjalan dengan menggunakan kedua kakinya. Ya, doi mampu berjalan tegak tanpa menggunakan tangannya. Keren kan?
5. Siamang memprihatinkan! Seperti yang udah disebutkan diatas, satwa ini tergolong satwa yang terancam punah. Selain itu, menurut CITES satwa ini termasuk Appendix 1 yang artinya tidak bisa diperjualbelikan sama sekali.