Pagi dalam mendung, seseorang duduk tenang, menggengam sebuah parang tebas yang terasah, gps dalam saku kemeja hitam, sebuah DSLR terbungkus rapi dalam drybag, kepulan asap djisamsoe terasa nikmat seperti candu. Tapi ingatannya, mengembara ke dalam cangkir kopinya, jauh ke pagi nan sunyi di dalam belantara, hanya terdengar sayup-sayup nyanyian siamang rimba. secangkir kopi barangkali adalah pelukan yang meneduhkan. tapi kita orang yang kehausan, di ladang ilmu dan iman.
Ah setidaknya apa yang akan tertulis nanti adalah sebuah bukti dan kajian ilmiah yang tak terbantahkan bahwa hilangnya nyanyain sang siamang rimba itu adalah sebuah tanda bencana ekologi akan datang pada waktunya. " Hutan tanpa satwa liar adalah ekosistem yang mati secara ekologis” (ecologically dead) (Redford 1992).
Saya menganalogikan " Hutan tanpa satwa persis seperti rumah tanpa penghuni. Rumah, betapapun bagus dan kuatnya, tanpa kehadiran manusia akan hancur, karena tidak terpelihara".
Demikian pula fungsi kehadiran satwa dalam ekosistem hutan. Setiap jenis satwa di dalam ekosistem hutan, memiliki peran (niche) yang saling mendukung untuk mencapai keseimbangan ekologi.
No comments:
Post a Comment