Menurut kamus Oxford, mengagitasi adalah “membangkitkan perhatian (to excite) atau mendorong (stir it up)”, sedangkan propaganda adalah sebuah “rencana sistematis atau gerakan bersama untuk penyebarluasan suatu keyakinan atau doktrin.
Membangun organisasi di perlukan agitasi dan propaganda agar isu organisasi ataupun visi dan misi organisasi dapat tercapai.
Agitasi dan propaganda adalah“cara” berkomunikasi yang ditujukan untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku orang lain seperti yang diharapkan oleh komunikator (pengirim
pesan).
Agitasi memfokuskan diri pada sebuah isu aktual, berupaya ‘mendorong’ suatu tindakan terhadap isu tersebut. Propaganda berurusan dengan penjelasan gagasan-gagasan secara terinci dan lebih sistematis.
“Seorang propagandis menyajikan banyak gagasan ke satu atau sedikit orang; seorang agitator menyajikan hanya satu atau sedikit gagasan, tetapi menyajikannya ke sejumlah besar orang"
Namun sangat jarang, organisastoris saat ini paham tentang apa itu Propagan dan agitasi, dalam benaknya adalah pembenaran dan ingin menang tanpa pernah melihat proses menang sudah sesuai dengan tujuan organisasi. Hingga pada akhir gerakan organisasi bisa di tebak kedepannya.
Intropeksi Kegagalan
Dia yang Benar, yang Lain Sesat
Dalam hal mengambil pilihan strategi perjuangan, membangun bentuk organisasi, orang atau lembaga yang kena penyakit ‘kekimcil-kimcilan’ biasanya merasa paling benar sendiri. Padahal pilihan isu, strategi, dan bentuk organisasi selain berdasarkan atas analisis situasi, juga berdasarkan atas kapasitas, letak, dan domain lembaga tersebut.
Di era seperti ini, di zaman kapitalisme mutakhir, tidak bisa lagi Seseorang atau sebuah lembaga memaksa atau menyalahkan isu yang diambil oleh orang atau lembaga lain.
Demikian juga dalam berbagai strategi advokasi. Ada beragam cara. Semua sesuai dengan konteks, level, dan proses yang telah dijalani. Ada kiat-kiat bernegosiasi dengan situasi. Tidak perlu disalah-salahkan. Yang paling tahu strategi yang tengah dijalani sebuah lembaga adalah lembaga itu sendiri. Tidak usah sok tahu. Sebab risiko dan apapun yang bakal terjadi, dialah yang akan menanggungnya.
Main Fitnah, Suka Desas-Desus, Hobi Ngerumpi
sering sekali saat ini mendengar fitnah, atau hasutan, yang menyalah-nyalahkan seseraong atau sebuah lembaga, bahkan lembaga negarapun kerap jadi sasaran fitnah.
Hal ini karena punya pemahaman bahwa lembaga lain atau pemimpin itu adalah salah dan lembaganya yang paling benar, maka metode propaganda yang dilakukan biasanya lewat fitnah, desas-desus, dan rumpian kosong. Hobi sekali ngomongin kejelekan lembaga lain. Konsisten sekali memfitnah teman sendiri. Adol jare kulak jare. Mendengar dari orang, tidak diverifikasi, diolah sendiri, digoreng, diedarkan ke mana-mana sebagai sajian gosip.
Padahal di dalam strategi besar sebuah perang, ada adagium: perkecil musuhmu, perbanyak kawanmu. Lembaga yang berpotensi untuk diajak berkolaborasi mestinya diapresiasi. Bersinergi. Kalau ada masalah: didatangi. Tabayun. Kalau ada waktu senggang: bersilaturahmi. Bukannya malah dijelek-jelekkan dan difitnah. Kalau seperti itu yang terjadi, maka yang terjadi justru: memperkecil kawan, memperbanyak lawan. Bodoh pakai kuadrat.
Selalu Meninggalkan Sampah Persoalan
Dengan tabiat politik seperti itu, maka wajar jika di mana-mana orang atau lembaga yang punya watak ‘kekimcil-kimcilan’, akan selalu menyisakan persoalan. Pohon yang kuat tumbuh di atas tanah yang subur. Lembaga yang baik dibangun dengan pondasi moral yang kokoh. Maka sebetulnya mudah melihat, menerka, memindai, lembaga atau orang yang punya sifat seperti itu. Bagaimana rekaman jejaknya di masa lalu. Siapa saja yang jadi korban. Pernah menipu siapa saja. Sampah apa saja yang ditinggalkan. Dan lain-lain. Truk sampah akan mudah meninggalkan jejak. Mudah mengenalinya. Gampang mencium baunya.
Tidak akan Besar
Lha ya bagaimana bisa berkembang besar kalau perilakunya seperti itu. Sehingga apa yang mereka lakukan seperti percobaan membangun rumah pasir. Dibangun, ambruk. Dibangun lagi, ambruk lagi. Ya pasti ambruk. Letak dan caranya sudah keliru sejak awal. Mereka merekrut orang-orang baru karena orang-orang lama sudah ditendanginya. Orang-orang baru itu pun kelak akan ditendangnya. Satu-satunya cara agar bisa besar adalah masuk ke sarang lebah dan kalajengking.
Besar Suara daripada Daya
Karena dayanya lemah, salah satu hal yang paling mudah untuk memompa eksistensinya adalah bersuara besar. Pokoknya teriak. Lantang. Sampai serak. Lalu lemas. Besok kalau suara sudah pulih, teriak lagi, bersuara lagi, lantang. Lemas. Begitu seterusnya.
Lalu orang-orang yang sering mendengar teriakan itu, akan saling berbisik dan melantunkan doa. Supaya cepat insyaf. Kalau tidak insyaf juga ya cukup ditertawakan. Atau ditoleh sesekali untuk hiburan. Dijadikan ‘hiburan’ di kala senggang.
KIMCIL
Mungkin diantara para pembaca semua sudah ada yang tahu akan makna kata “kimcil” tersebut. Namun bagi anda yang belum tahu maka disini saya akan sedikit mencoba menerangkan tentang sebenarnya arti kata dari kimcil.
Walaupun kemunculannya sudah lama namun kata/istilah ini masih sering digunakan di masyarakat umum terutama dikalangan para remaja. Menyedihkan memang karena semakin hari semakin banyak istilah-istilah yang aneh dan tentu saja jauh dari kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini sama saja dengan kemunculan istilah Cabe-Cabean
Apa sih KIMCIL ?
Sebagian yang mengatakan bahwa kimcil adalah nama lain dari "pe**x" tapi sebagian lagi ada yang mengatakan arti dari KIMCIL adalah singkatan dari "kita masih kecil"
kata-kata kimcil muncul ketika para cewek-cewek remaja mengikuti konser konser hardcore yang nota bene penontonnya sebagian besar cowok cowok.
Ada juga yang menyebut Kimcil adalah singkatan dari "Kimpet Kecil". Kimpet itu sendiri adalah anagram dari kata tempik (alat kelamin perempuan). Dalam artian lain lagi yang kita temukan Kimcil artinya gadis yang masih belia.
Daun muda perkotaan, biasanya berusia antara 15-23 tahun (SMA-Kuliah), bergaya trendi, suka begaol, cenderung sok imut, ceria-ceria bikin gemes, sasaran empuk cowok-cowok pinginan.
Epistemologi:
Singkatan dari kata “kimpetan cilik", artinya alat kelamin perempuan yang... masih 'kecil' (bisa dari usia atau ukuran :p). atau Anagram dari “tempik” maaf kemaluan perempuan
Ada yang bertanya gini, si Bro and Bray lagi ngomong:
A : Kimcil apaan sih bray?
B: Kimpetan cilik, bro!
He he he, tu dia kimcil-kimcilan bro and bray, ha ha ha #MDRCCT
Disadur dari :
gerakan-kiri-kekimcil-kimcilan
apa-itu-kimcil-kimcilan.
Aku “Tiada” Aku Niscaya: Menyingkap Lapis Kabut Intelijen
Membangun organisasi di perlukan agitasi dan propaganda agar isu organisasi ataupun visi dan misi organisasi dapat tercapai.
Agitasi dan propaganda adalah“cara” berkomunikasi yang ditujukan untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku orang lain seperti yang diharapkan oleh komunikator (pengirim
Agitasi memfokuskan diri pada sebuah isu aktual, berupaya ‘mendorong’ suatu tindakan terhadap isu tersebut. Propaganda berurusan dengan penjelasan gagasan-gagasan secara terinci dan lebih sistematis.
“Seorang propagandis menyajikan banyak gagasan ke satu atau sedikit orang; seorang agitator menyajikan hanya satu atau sedikit gagasan, tetapi menyajikannya ke sejumlah besar orang"
Namun sangat jarang, organisastoris saat ini paham tentang apa itu Propagan dan agitasi, dalam benaknya adalah pembenaran dan ingin menang tanpa pernah melihat proses menang sudah sesuai dengan tujuan organisasi. Hingga pada akhir gerakan organisasi bisa di tebak kedepannya.
Intropeksi Kegagalan
Dia yang Benar, yang Lain Sesat
Dalam hal mengambil pilihan strategi perjuangan, membangun bentuk organisasi, orang atau lembaga yang kena penyakit ‘kekimcil-kimcilan’ biasanya merasa paling benar sendiri. Padahal pilihan isu, strategi, dan bentuk organisasi selain berdasarkan atas analisis situasi, juga berdasarkan atas kapasitas, letak, dan domain lembaga tersebut.
Di era seperti ini, di zaman kapitalisme mutakhir, tidak bisa lagi Seseorang atau sebuah lembaga memaksa atau menyalahkan isu yang diambil oleh orang atau lembaga lain.
Demikian juga dalam berbagai strategi advokasi. Ada beragam cara. Semua sesuai dengan konteks, level, dan proses yang telah dijalani. Ada kiat-kiat bernegosiasi dengan situasi. Tidak perlu disalah-salahkan. Yang paling tahu strategi yang tengah dijalani sebuah lembaga adalah lembaga itu sendiri. Tidak usah sok tahu. Sebab risiko dan apapun yang bakal terjadi, dialah yang akan menanggungnya.
Main Fitnah, Suka Desas-Desus, Hobi Ngerumpi
sering sekali saat ini mendengar fitnah, atau hasutan, yang menyalah-nyalahkan seseraong atau sebuah lembaga, bahkan lembaga negarapun kerap jadi sasaran fitnah.
Hal ini karena punya pemahaman bahwa lembaga lain atau pemimpin itu adalah salah dan lembaganya yang paling benar, maka metode propaganda yang dilakukan biasanya lewat fitnah, desas-desus, dan rumpian kosong. Hobi sekali ngomongin kejelekan lembaga lain. Konsisten sekali memfitnah teman sendiri. Adol jare kulak jare. Mendengar dari orang, tidak diverifikasi, diolah sendiri, digoreng, diedarkan ke mana-mana sebagai sajian gosip.
Padahal di dalam strategi besar sebuah perang, ada adagium: perkecil musuhmu, perbanyak kawanmu. Lembaga yang berpotensi untuk diajak berkolaborasi mestinya diapresiasi. Bersinergi. Kalau ada masalah: didatangi. Tabayun. Kalau ada waktu senggang: bersilaturahmi. Bukannya malah dijelek-jelekkan dan difitnah. Kalau seperti itu yang terjadi, maka yang terjadi justru: memperkecil kawan, memperbanyak lawan. Bodoh pakai kuadrat.
Selalu Meninggalkan Sampah Persoalan
Dengan tabiat politik seperti itu, maka wajar jika di mana-mana orang atau lembaga yang punya watak ‘kekimcil-kimcilan’, akan selalu menyisakan persoalan. Pohon yang kuat tumbuh di atas tanah yang subur. Lembaga yang baik dibangun dengan pondasi moral yang kokoh. Maka sebetulnya mudah melihat, menerka, memindai, lembaga atau orang yang punya sifat seperti itu. Bagaimana rekaman jejaknya di masa lalu. Siapa saja yang jadi korban. Pernah menipu siapa saja. Sampah apa saja yang ditinggalkan. Dan lain-lain. Truk sampah akan mudah meninggalkan jejak. Mudah mengenalinya. Gampang mencium baunya.
Tidak akan Besar
Lha ya bagaimana bisa berkembang besar kalau perilakunya seperti itu. Sehingga apa yang mereka lakukan seperti percobaan membangun rumah pasir. Dibangun, ambruk. Dibangun lagi, ambruk lagi. Ya pasti ambruk. Letak dan caranya sudah keliru sejak awal. Mereka merekrut orang-orang baru karena orang-orang lama sudah ditendanginya. Orang-orang baru itu pun kelak akan ditendangnya. Satu-satunya cara agar bisa besar adalah masuk ke sarang lebah dan kalajengking.
Besar Suara daripada Daya
Karena dayanya lemah, salah satu hal yang paling mudah untuk memompa eksistensinya adalah bersuara besar. Pokoknya teriak. Lantang. Sampai serak. Lalu lemas. Besok kalau suara sudah pulih, teriak lagi, bersuara lagi, lantang. Lemas. Begitu seterusnya.
Lalu orang-orang yang sering mendengar teriakan itu, akan saling berbisik dan melantunkan doa. Supaya cepat insyaf. Kalau tidak insyaf juga ya cukup ditertawakan. Atau ditoleh sesekali untuk hiburan. Dijadikan ‘hiburan’ di kala senggang.
KIMCIL
Mungkin diantara para pembaca semua sudah ada yang tahu akan makna kata “kimcil” tersebut. Namun bagi anda yang belum tahu maka disini saya akan sedikit mencoba menerangkan tentang sebenarnya arti kata dari kimcil.
Walaupun kemunculannya sudah lama namun kata/istilah ini masih sering digunakan di masyarakat umum terutama dikalangan para remaja. Menyedihkan memang karena semakin hari semakin banyak istilah-istilah yang aneh dan tentu saja jauh dari kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini sama saja dengan kemunculan istilah Cabe-Cabean
Apa sih KIMCIL ?
Sebagian yang mengatakan bahwa kimcil adalah nama lain dari "pe**x" tapi sebagian lagi ada yang mengatakan arti dari KIMCIL adalah singkatan dari "kita masih kecil"
kata-kata kimcil muncul ketika para cewek-cewek remaja mengikuti konser konser hardcore yang nota bene penontonnya sebagian besar cowok cowok.
Ada juga yang menyebut Kimcil adalah singkatan dari "Kimpet Kecil". Kimpet itu sendiri adalah anagram dari kata tempik (alat kelamin perempuan). Dalam artian lain lagi yang kita temukan Kimcil artinya gadis yang masih belia.
Daun muda perkotaan, biasanya berusia antara 15-23 tahun (SMA-Kuliah), bergaya trendi, suka begaol, cenderung sok imut, ceria-ceria bikin gemes, sasaran empuk cowok-cowok pinginan.
Epistemologi:
Singkatan dari kata “kimpetan cilik", artinya alat kelamin perempuan yang... masih 'kecil' (bisa dari usia atau ukuran :p). atau Anagram dari “tempik” maaf kemaluan perempuan
Ada yang bertanya gini, si Bro and Bray lagi ngomong:
A : Kimcil apaan sih bray?
B: Kimpetan cilik, bro!
He he he, tu dia kimcil-kimcilan bro and bray, ha ha ha #MDRCCT
Disadur dari :
gerakan-kiri-kekimcil-kimcilan
apa-itu-kimcil-kimcilan.
Aku “Tiada” Aku Niscaya: Menyingkap Lapis Kabut Intelijen
No comments:
Post a Comment