Saya #TakutKaya ujar seorang Teman.
Sebagian besar orang bekerja untuk kaya, bukan sebagian besar lagi tapi bahkan ini impian manusia yang ada di bumi, aneka seminar dan pelatihan di gelar untuk menjadi pengusaha dengan mimpi KAYA.
Suatu saat saya sedang ngopi di sebuah warung kopi, yang kebetulan pemilik warung adalah teman, yang kemudian saya sebut mas Bro dan tiba2 seorang teman yang juga temannya pemilik warung ikut duduk bareng berdiskusi seperti dahulu saat masih sama2 menjadi aktivis, kawan kami yang satu ini adalah bisnisman dan selanjutnya saya sebut Bedul.
Dalam perdiskusian si bedul menyebut kawan lamanya mas bro ini adalah salah satu orang yang di anggap cukup syarat untuk bisa kaya, karena pekerja keras dan orang yang telaten, hidupnya gak neko neko alias lurus2 aja san inti pembicaraan ingin mengajak mas bro ini untuk berbisnis dengan logika yang masuk akal bisnis yang di tawarkan, perdiskusian semakin panas, namun mas bro sambil sesekali melayani tamu di warungnya, menjawab pernyataan kawannya bedul.
Dengan senyum simpulnya dan mengucap istigfar "saya takut kaya" mas, Saat itu saya kaget… ternyata ada orang yang TAKUT kaya…
Dia sangat faham… kalau menjalankan bisnis resikonya kaya. Lalu saya tanya: kenapa anda takut kaya?
Saya takut hubbuddunya saya takut cinta kepada dunia karena jika saya kaya maka saya takut mengejar dunia, cukup dengan motor itu saya usaha, cukup dengan warung kopi ini saya berusaha, jika saya sukses dengan bisnis itu pasti saya akan mengganti dengan mobil baru, jika saya bisa membuka cabang bisnis yang kamu tawarkan pasti saya akan membuka cabang, dan pasti saya tergiur membeli aset yang lain, bahkan bisa jadi saya tergiur mengganti istri saya dengan yang lebih muda, karena itu saya takut kaya kawan, setelah saya sadar , bahwa buat saya hidup di dunia ini tidak untuk mengejar dunia.
Terdiam saya seketika itu, dan teman saya yang bisnisman itu memutar otak untuk mencairkan suasana diskusi.
Sayapun iseng, kalau gw cuy, cukup syarat gak jadi orang kaya? Bedul menjawab cukup sekali, cuma 1 syarat yg kurang! apaan cuyy tanyaku, ?
Pendamping hidup kau..!!
Djiamput umpatku, kopi yang ku seruput tersembur mendengar syarat yang itu,
Tertawalah kami terbahak bahak bersama.
Dalam hati kampret juga nih kawan, tapi mas bro ini, hmm ada yaa orang kayak gini, ustad bukan, orang yang dianggap alim juga enggak, padahal dulu paling sering ngajak cari meong atau tuak tapi kayaknya hidupnya sudah lempeng, semenjak menikah dan punya anak,
Biasanya orang ketika di ajak diskusi tentang bisnis langsung antusias, dan melihat finansial studinya langsung melakukan analisis bila menarik, tapi ini enggak sama sekali. Usai tertawa kami diam seribu bahasa.
Dalam hati saya berdoa
Gusti allah sesungguhnya orang sholeh seperti inilah yang harusnya kaya…
karena kalau kekayaan dipegang sama orang-orang sholeh… insya Allah rahmatan lilalamin, Tapi sayangnya orang sholeh nya tidak mau kaya….Orang kayanya tidak mau sholeh.
Seorang gaek tua yang duduk di pojok menyeruput kopinya sambil memperhatikan kami, dan tersenyum mengangkat cangkir kopinya dan meminta izin bergabung dalam diskusi,
Dalam hati saya pasti gaek tua ini tertarik dengan bisnis yang ditawarkan oleh kawan yg bisnisman ini,
Sanak boleh datuk ikut berdiskusi, ohh silahkan pak ujar bro b yang pemilik warung.
Diskusipun makin hangat, sang datuk bercerita tentang syarat menjadi kaya yang di ridhoi oleh gusti allah.
Nak kalian kerja semua, tanyanya ? Iyaa pak jawab kami serempak,!!
Untuk apa kalian kerja ? menambah dan menumpuk kekayaan? Semua orang ingin hidup mewah bukan?
Sebab, siapapun di dunia ini pastilah ingin hidup yang serba bekecukupan, bahkan kalau bisa berlebih-lebihan. Karena dengan memiliki uang yang banyak atau penghasilan yang besar kita bisa memenuhi segala kebutuhan hidup. Apalagi di tengah peradaban yang kian maju, benarkan nak seru sang datuk !!
orang-orang sepertinya menghalalkan gaya hidup hedonisme. Materi menjadi tolok ukur eksistensi seseorang. Karena itu tidak heran jika orang yang kaya, memiliki banyak uang, biasanya secara tidak langsung akan mendapat status sosial yang lebih tinggi di masyarakat.
Mereka dianggap lebih terhormat dan disegani. Berbeda dengan orang yang serba berkekurangan, orang miskin, tidak punya pekerjaan, atau bahkan tidak punya tempat tinggal.
Orang-orang seperti ini biasanya dianggap remeh, dan tidak jarang yang harga diri mereka direndahkan. Dengan kekayaan, apa saja bisa dilakukan oleh manusia. Dunia memang penuh gejala aneh-aneh. Dan inilah kemahakuasaan Tuhan.
Banyak orang ketika muda berlomba-lomba mencari harta benda, kekayaan
dan uang dengan harapan kelak hidupnya akan lebih sejahtera dan bahagia. Hidupnya diombang-ambingkan oleh nafsu dan kerakusan akan kekayaan. Dengan uang, orang dapat menikmati segala kemewahan dan gemerlap hidup, serta berfoya-foya.
Orang berlomba untuk mengeruk kekayaan, menguras isi alam untuk
kesenangan sendiri tanpa pernah mau tahu penderitaan orang lain. emang benar, agama juga mengajarkan agar kita terus meningkatkan taraf hidup. Akan tetapi bukan berarti kita kemudian seenaknya berbuat untuk memperoleh
dan memanfaatkan kekayaan itu.
Seperti yang dikatakan Mahatma Gandhi, Tuhan tak pernah menciptakan lebih dari apa yang betul-betul diperlukan pada saat tertentu. Barang siapa yang meraih lebih dari keperluannya berarti melakukan pencurian. Dan itu sudah merupakan penderitaan bagi orang lain.
Upss datuk ini bacaaanya gandhi, wahhh dalem euuyy ,
Kemudian datuk terus mengoceh hubbudunya,… bukan penyakitnya orang kaya saja nak !! orang miskinpun banyak yang menderita penyakit hubbudunya…
Bedul, nyeletuk " jadi tuk , Kalau begitu masalahnya bukan di kaya atau miskinnya… tapi bagaimana sikap kita terhadap harta".
Datuk terus mengoceh.."Kalian harus kaya seperti kayanya Abu Bakar ashidiq….Seperti kayanya Umar bin khotob dan Seperti kayanya usman bin affan…Karena kekayaan merekalah… kita bisa berjaya…"
Nah orang2 kaya yang hidupnya berfoya2 hedon, adalah mereka yang tak cukup syarat menjadi orang kaya walau hartanya banyak, tapi miskin akan amal.
Kekayaan itu sangat gampang menghancurkan hidup manusia. Karena dengan harta (kekayaan) manusia bisa memperoleh segala yang diinginkan. Namun perlu diingat bahwa segala yang kita inginkan bukanlah yang kita butuhkan. Maka dari itu, kita harus benar-benar bisa memanfaatkan kekayaan yang kita punya agar selalu berlandaskan dharma atau kebenaran.
Manusialah yang harus mengelola dan mendayagunakan materi dan bukan sebaliknya, diperbudak materi. Kuncinya, bersyukurlah atas anugrah yang diterima dengan cara Satwika (halal).
Jadi syarat kaya adalah mengamalkan 2 warisan nabi, alquran dan al sunah, Syarat berikutnya ketika separuh dari hartamu bisa kau sedekahkan untuk yang berhak maka kekayaanmu terus mengalir.
Dengan kekayaanmu maka kamu bisa membangun negeri ini, kalian bisa membangun desa, kalian bisa membangun pesantren dan kita berjaye...Ingat syarat kaya itu saja..
Dalem euuyy datuk ini berkata. ....