Monday, June 10, 2013

Ceritaku Tentang Waktu : "Jika Waktu mulai bercerita "

Jika Waktu mulai bercerita 


Halo. Namaku Waktu. Aku bekerja selama dua puluh empat jam setiap hari. Aku diciptakan oleh manusia, yang lahirnya begitu saja, tanpa induk, tanpa ada proses pembuahan. Aku selalu bergerak detik demi detik, menit-demi menit, jam demi jam, hari-demi hari dan seterusnya dan aku tak pernah beristirahat. Sesekali penciptaku sering menyadari keberadaanku ketika melihat bajuku, yaitu sebuah jam, berangka satu sampai dua belas. Melihat celanaku, melalui kalender, yang mereka namakan bulan, jumlahnya juga dua belas. Aku heran, mengapa mereka suka sekali dengan angka dua belas. 

Aku mempunyai banyak sebutan di setiap negara. Di dunia aku sangat terkenal dengan nama panggilan time. Bahkan aku sering dijadikan bahan prinsip semua orang "time is money" kata mereka. Aku adalah uang. Wah... ternyata... manusia membutuhkan uang. Sedangkan secara tidak langsung, uang diciptakan olehku. Aku bangga. Penciptaku bahkan tidak mampu membuat uang, tanpa menghitungku terlebih dahulu. 

Manusia kadang membuatku menjadi tameng untuk melakukan tugasnya dan bahkan membenahi perasaannya."Biaralah waktu membunuh perasaanku" begitu kata manusia, atau kata seperti yang di ucapakan seseorang padaku" kesibukan akan membunuh waktu dan ber-irinngnya waktu berjalan akan membunuh perasaan sakitmu" dengan cara sok puitis. Sebenarnya aku tidak suka manusia membuat kata-kata seperti itu. Aku salah apa dengan mereka, sampai mereka menyuruhuku "membunuh". Aku tidak suka membunuh, aku lebih suka membuat damai dan membuat secangkir kopi hitam yang manis, supaya manusia mencicipi manisnya Waktu, dan bersyukur kepada Semesta telah bergandengan tangan denganku. Oh iya... mungkin saja manusia menyuruhku "membunuh", karena mereka memang lebih suka cara instan daripada “menikmati proses kesembuhan”. Aku kecewa dengan penciptaku. 

"Biarlah waktu menyembuhkan perasaanku" hem.. ini lagi.. buatan manusia yang hebat. Aku disuruh "menyembuhkan" mereka. emangnya aku dokter ! atau aku mungkin disangka dukun. Aku punya ramuan apa? Aku juga tidak tahu di mana bisa menemukan obatnya. Tapi "menyembuhkan" masih lebih baik, ketimbang aku disuruh "membunuh". Namun setidaknya, penciptaku harus tahu, aku hanya dirancang untuk bergerak dan menentukan kapan mereka berhenti atau melanjutkan aktivitas. 

Aku terkadang disalahkan karena memutus sebuah pertemuan, dengan gampangnya mereka mengatakan "memang sudah waktunya kami berpisah". Hey... Aku tidak minta kalian bertemu dan berpisah. Kenapa kalian mengatakan, aku adalah sumber dari semua kekacauan ini? Ah... sudahlah... Aku juga mempunyai tanggung jawab untuk membuat indah. Baiklah aku harus terus berjalan, biarkan manusia membenahi sendiri keadaannya. 

"Segala seuatu indah pada waktunya" Aku suka sekali kata-kata ini. Tentu saja bukan manusia yang membuat kata-kata tersebut. Kata-kata itu adalah buatan Pencipta Semesta. Pencipta Semesta membuat aku mempunyai tugas untuk membuat indah, artinya aku merupakan tolak ukur manusia melakukan yang baik. Aku membuat perjanjian dengan Pencipta Semesta agar aku bisa membuat manusia “tidak berhenti berharap”. Aku dan Pencipta Semesta merupakan teman sekerja yang baik bukan? 

Saat musim liburan, beberapa manusia menggunakan aku dengan baik. Namun ada pula yang tetap bekerja, belajar, dan berusaha. Zaman sekarang, aku merasa sedih dan kasihan kepada penciptaku. Aku membuat mereka sulit tidur di malam hari dan selalu bangun di pagi hari, tanpa mengerti datangnya matahari. Itu semua karena pekerjaan mereka harus diselesaikan sesuai kesepakatanku dengannya. "Pekerjaan ini harus selesai pada pukul sekian.

 Tanggal sekian. Bulan sekian. Tahun sekian". Aku kemudian merasa jahat setelah mereka terbelenggu karena aturanku (sebenarnya itu aturan mereka. Namun karena mereka memakai baju dan celanaku. Aku jadi terbawa-bawa)."ah aku jadi ingat angka 10 di kalender setiap bulannya yang selalu di kejar deadline". Aku membuat mereka sibuk. Seakan-akan semua mengejar uang, gelar, jabatan, dan yang paling menyedihkan mereka mengejar kesenangan. Tanpa peduli kesehatan, keluarga, dan sesama mereka. Aku bahkan tidak bisa berhenti untuk menegor mereka. Aku bergerak, membuat irama. Manusia merasa aku semakin cepat berlari. Padahal aku merasa sudah berjalan sesuai dengan aturan manusia. 

Mereka pikir aku diciptkan oleh mereka, padahal aku diciptkan oleh Semesta. Ketika Semesta menyuruhku berhenti, mungkin aku akan benar-benar mati. Seperti manusia kelak pada saatnya. 

Kalau Saja . Waktu . 
Kalau saja aku bisa mengubah waktu menjadi begitu sangat mudah dipahami. 

Kalau saja... Aku bisa memilih waktu mana yang baik untuk dikenang dan waktu mana yang harus dibuang. Kalau saja... Aku bisa menjaga segala sesuatu dengan baik, agar kehilangan tidak terjadi secara cepat, namun perlahan. 

Kalau saja... semua hal bisa ditelusuri tanpa mengenal batas. 
Kalau saja... Kamu tidak berlari lebih cepat dan aku merespon lebih lambat. 
Kalau saja... sebuah pertemuan dengan sejuta angan benar-benar terjadi. Dan waktu memilih. 
Memilih untuk bergerak, memilih agar segalanya terserak. 

Kadang waktu membutakan segala sesuatu. Bukan mata fisik, namun mata hati yang bergulir menari. 
Lalu siapakah yang dapat menebas semuanya. Pikiranku tidak mampu. Hatiku tidak sanggup. Dan ini bukan pekerjaan waktu. Karena waktu hanya bertugas berjalan, berputar, dan kemudian berlari kencang. Kita bahkan tidak mampu mendahului atau kembali. Kita hanya mampu bermimpi, kemudian berdiri dan pergi lagi. 

No comments:

Post a Comment

Lentera Merah My web Lenteramerah https://pojoklenteramerah.blogspot.co.id/