Friday, May 8, 2009

Aktivis Apa Intel?

Surabaya 7 Mei 2009. Ini adalah catatan mengenai sebuah pekerjaan yang penuh warna selama beberapa bulan ini. pekerjaan menegakkan hukum yang selama ini tidak pernah berpihak kepada mereka yang diperjuangkan dan sebagian orang di negeri inipun masih mengagap ini adalah hal yang remeh “ ah boten enten pengarue mas, la wong iku biasa , pejabat-pejabat ae okeh sing due” ujar salah satu petugas dari dinas kehutanan Prop Jawa Timur dalam sebuah workshop penengakkan hukum yang diselenggarakan Januari 2009 lalu.


Ya memang tak ada pengaruhnya dengan negeri ini, namun tak sadar bahwa sekitar 9 trilyun rupiah setiap tahunnya Negeri ini mengalami kerugian akibat kejahatan ini. Sebenarnya aturan hukum dan undang-undang di negeri ini telah mengatur tentang kejahatan ini, malahan sejak jaman negeri ini dijajah oleh bangsa eropa. Namun lagi-lagi mandul penegakkannya

Bahkan beberapa penegak hukum mengagap ini masalah biasa yang tak perlu ditindak secara represif, "kita lakukan pembinaan saja mas, kalau masih ada ya kita tindak" Ujar pejabat di sebuah Instansi Dephut . Inikah pemikiran petugas yang memang dalam tupoksinya untuk penegakkan hokum diutamakan pembinaan baru represif. Lain dengan saudara tuanya yang hanya satu kata Represif, Ya wajar saja terjadinya kepunahan satwa liar di negeri ini karena beberapa petugas dengan sengaja di depan mata mereka biarkan, dibelakang mata justru di bina.

Yah maklum negeri ini adalah negeri yang latah, suatu contoh saat jaman orde baru ketika korupsi merupakan hal biasa bagi para pejabat negeri ini, maka saat penegak hokum bertindak , masyarakatpun menanggapinya dengan pesimis hati, namun ketika aparat hokum berhasil menenggakan dengan setengah hati masyarkatpun bersyorak dengan gembiranya dan berapi-api menyerukan dukunggan untuk memberantas korupsi .

Terik panas kota Surabaya membuat diriku malas menyusuri lorong-lorong pasar. Saat itu riuh suara ratusan kicau burung dan bau apek kotoran binatang di pasar burung bratang membuat perutku mual dan rasanya ingin memuntahkan isi perut ini, suasana ini sama seperti di pasar-pasar burung lainnya yang ada di negeri ini, kelam, penuh kotoran berserakan, gantungan-gantungan burung yang ditutupin oleh kain ataupun kaos oblong bergambar caleg dari berbagai partai.

Beberapa pedagang menawarkan jualannya bahkan ada yang menawarkan secara sembunyi-sembunyi dengan menunjukan foto dari ponselnya. Ini hal yang biasa. Kok gak di taruh lutungnya di kios cak, maklum mas kata petugas disimpan aja dirumah jualanya cukup dilihatkan dengan foto, kalau berminat baru saya ajak ke gudang. Ujar seorang pedagang.

Kios yang aku tuju ini merupakan kios yang setiap bulan sekali aku kunjungi secara diam-diam untuk mengamati isi yang dipajang ataupun yang dijualnya. Bahkan pengamatan ini telah 3 tahun lamanya.

Mataku mengamati sekeliling, memerhatikan teriak para mahluk ciptaan tuhan yang tak berdaya , yang mungkin saja sebentar lagi mereka akan mati sia-sia tanpa bisa lagi bertasbih mengucapkan syukur pada sang kuasa. Tanpak dengan jelas Lorius garulus, eos squamata, dan Psittacula longicauda tersiksa dengan rantai kecil mengekang kakinya yang diikat pada tiang, di sisi lain seekor C.galerita -pun mengalami nasip yang sama.

Pembicaraan singkat dengan pemilik kios yang mengaku bernama supri , menjadi akrab, ketika akupun menanyakan pesananku beberapa bulan lalu seekor Probosciger aterrimus, ia menanggapi dengan serius dengan mengatakan “lagi kosong mas, nek sampean gelem di rumah ada jambul kuning banyak mas, atau nuri merah kepala hitam,” ujar supri dengan nada suara berlogak madura

Supri adalah seorang pedagang yang memiliki nama asli subairi. Ia mengaku telah 25 tahun berdagang jenis-jenis burung dari Indonesia timur. Ia termasuk salah satu penyalur kelas kakap di jaringan bisnis illegal satwa liar, dalam pengakuannya, baru saja ia baru saja mendapat pesanan 2 ekor Probosciger aterrimus untuk dikirim ke Batam pesanan orang Malaysia , yang dititipkan kapal barang di Tanjung Perak. Ya lumayan mas 4 juta satunya.

Aku rasa obrolan tawar menawar tentang dagangan yang dijual secara illegal itu berjalan biasa. Aku melontarkan pertanyaan terbuka sambil merekam dengan camera hidden yang sesekali aku arahkan lensa camera itu ke wajahnya, dan kalau ada pernyataan yang kurang jelas, aku berusaha menanyakan lagi sambil menghisap kretekku dan menghilang dahaga dari botol air mineral yang aku bawa. Ia juga menjawab dengan blak-blak-an. Orangnya terkesan tegas dan percaya terhadapku. Ini membuat akupun juga semangat ingin mengeksplor dirinya . “Mas sampean itu pernah ambil barang sama pak Haji ya”, tanyanya sambil mengisi air pada setiap sangkar jualanya, “oh iya pak tegas ku”, padahal aku tidak tahu pak haji mana yang ia sebutkan, namun ada salah satu bandar besar yang bernama Haji S yang akupun belum pernah bertemu dengannya. “Sampean masih sering bawa dagangan ke yogya “ tanyanya , “Iya pak ya sekali-kali aja pak ke yogya , sekerang saya sering ke Bali sambil jualan mobil pak”. Itulah kamuflaseku agar ia percaya, atau mungkin aku terkesan seperti cukong jawa yang banyak uang , atau mungkin ada pedagang yang wajahnya mirip denganku sesuai ceritanya. sambil bercerita tentang dagangan, aku menunjukan foto-foto di ponselku tentang burung-burung yang aku cari dan menunjukan seekor orang hutan yang aku punya agar terkesan ia percaya. Bahwa aku adalah pemain ataupun Bandar.

Di tengah obrolan tawar-menawar, subairin mengatakan tentang asal usul burung yang ia jajakan ini’ biasanya ya kalau banyak di antar oleh para abk kapal mas, atau saya ambil sendiri dari kali mas atau T.Perak, terkadang kalau kapanya sandar di gresik ya saya ambil sendiri, dari sini baru saya menyuplay pak haji di kupang, trus ya dulur-dulurku di turi, bahkan dulurku dari pramuka sering kesini untuk barter” sambil bercerita mengenai soal “bisnis illegal " juga ia sampaikan mengenai para pejabat-pejabat yang kadang juga sering membelinya bahkan tentang bisnisnya yang saat ini sering mengoper ke Malaysia via bata, Ia bercerita dengan tanpa rasa takut, tak perlu tutup-tutup.

"Kalau ada intel PPA (dulu namanya adalah PPA sekarang BKSDA atau Polhut) atau intel Polri, biasanya mereka nyaranin untuk menutup dagangan saya dengan kain, atau menaruhnya di rumah." Ya satu bulan sekali pasti ada petugas kesini, biasanya ya saya kasih kopi sama uang saku ke mereka, sing penting bereslah mas”

Hemm dalam hati berdehem kayaknya gaek tua ini curiga kalau aku intel !

Dengan berbasa basi, aku menurunkan eclectus roratus jantan yang berwarna hijau dari atas sambil membuka kerudung sangkarnya, pak nek nuri merah papua, enek ra pak aku golek 10 ae gak akeh-akeh , arep tak gowo neng mbali, koncoku cah satria pesen yo sekalian enek kerjoan neng bali ngurus jualan mobil pak,… “wes mas pas nya sak juta siji ne,” walah larang tenan pak wis ngene ae pitu ngatus pak, walah batiku yo ra enek mas,..wes aku jokok satus ae mas sijine songo, piye” wes… iyo lah “deal ujarku,…

Huh sambil menyela nafas, ku alihkan pembicaraan tentang pesanan burung asli papua agar ia tak curiga bahwa aku emang intel.

Perjalanan berlanjut. Dari kios menuju sebuah perumahan, aku di bonceng naik motor astra tahun 70an melalui liuk-liuk kepadatan jalan kota Surabaya, masuk sebuah gang yang ku rekam di ingatanku nama-nama pada papan jalan atau plang instasi yang dilewatin , masuklah daerah sebuah rumah type 42 pada sebuah jalan yang bernama semampir barat. Pada garasi rumah kulihat sebuah panther dipakir, rumah yang cukup besar dengan dua lantai yang membuatku yakin ia bukan pedagang kecil, tak lama menanti depan pintu gaek tua yang berumur 47 tahun itu mengajakku masuk menuju lantai dua.

Dalam rumah itu. Mataku selalu awas melihat pajangan dan perabotan isi rumah, terlihat pajangan sebuah senjata tajam khas suku Madura dan foto keluarga, saat kakaiku melangkah meniti tangga sayup suara teriakkan galerita dan lory bersaut-sautan. Bau kotaran mulai menyegat hidungku. Ruang 3x4 denganpenchayaan dua buah jendela dan sebuah tempat tidur mengisi ruang tersebut, namun yang sedikit membuat senyum kecutku dan mengerutkan jidatku adalah puluhan burung galerita dan goffini berdesakan dalam kandang yang sempit. Tampak juga 3 ekor lorius lory yang masih muda, terlihat di pojokan sudut kamar, sambil meneliti tiap sudut dan menghitung dalam hati, kuperhatikan satu persatu, tampaknya ini semua barang baru karena mereka masih terlihat liar.

Bajingan, bangsat, djancok” dalam hatiku mengupat bedabah gaek tua ini. Sambil memfoto dengan ponselku aku memulai deal-dealan kembali dengannya. Kok Cuma tiga pak nuri nya, iya mas nanti aku ambil dari pak haji atau dulurku di turi, oh ngono ta,..yo wes, nek galerita ikupiro ta pak, o sing iku 1,5 ae mas….yo wes aku pesen loro ae, setelah memberikan uang DP, kamipun beranjak kembali dengan motor tua ke kiosnya di Bratang Surabaya.

Setibanya di kios, akupun langusng pamitan menuju pelatarn parkir, “y owes pak saya pulang dulu ke Hotel,” naik opo tho mas iku katana merah sama supir..o yo wes mas dino sebtu tak kabarin nanti nek enek barangen ..

Begitu si mbah merah ku pacu keluar jalan bratang, ku memaki kepada rekan kerjaku, Jancoek cak, akeh barange neng gudang…enek sekitar 30 ekor, galerita, goffini sama lory..sambil memacu jimmny katana yang kami sebut si mbah, aku membuka foto dari ponsel menunjukan gambar tersebut ke Cak dar.

Halo mas info A1 , isi gudang ada sekitar 30 ekor, teriakku pada bossku melalui HP, segera laporkan ke pak Heru. Oke siap ndan. Setelah berputar-putar sedikit nyasar kota Surabaya menuju jalan ahmad yani akhirnya tiba juga kami di dalam ruang serse. Izin buk pak herunya ada, wah tadi pulang mas katanya gak enak badan, emm pantas saya telp gak diangkat, okelah bu saya pamit dulu.

Kamipun akhirnya segera meluncur kembali ke markas di malang dengan sedikit memacu si mbah.

Tak lama setelah melewati porong yang sedikit macet akibat Lapindo, dering HPku berbunyi. Tampak sebuah nama bertuliskan Kompol Heru memanggil, “Selamat sore mas ‘ maaf saya gak enak badan, tadi telp ya” sahut pak heru , “iya pak Heru mohon izin lapor, To sudah A1 kita bisa Reops untuk penjebakan BB sekitar 30 ekor” oke segera besok ke ruang saya untuk koordinasi’ “86 ndan segera menghadap”, jawabku.

Pagi-pagi sudah memacu kuda hitamku dan memakirnya di terminal arjosari. Tak terasa sudah 2 jam perjalanan Malang Surabaya akhirnya sampai juga di jalan Ahmad yani.

Tepat pukul 10 aku sudah menghadap kompol heru, Kanit Reskirm pidter bid kehutanan, “begini pak TO kita punya gudang di semampir yang merupakan rumahnya, hari ini dia akan mengirimkan kakatua raja ke Malaysia via perak, dan sabtu kita akan transaksi kembali”, jelasku pada pak heru di ruang ruang kanit yang berpangkat Kompol ini.” Kita jebak saja hari ini mas, gak usah menunggu besok sabtu. Yang penting lokasi TKP jelas”. Jawab pak heru.

“Jenisnya apa saja mas ? Tanyanya kembali padaku. “Nuri kepala hitam, kakatua jambul kuning dari jenis shulpurea dan galerita, bayan dan kakatua tanimbar pak, jelasku tegas.

Pak Heru-pun membuka bolak balik PP no 7 tahun 1999, sambil mencari jenis-jenis yang aku terangi tadi. Dan memberikan stabilo pada buku tersebut. Itu berati kena pasal 21 ya mas . Iya pak UU no 5 tahun 1990, saya buat penyidikan untuk ayat a dan b berati. Siap betul ndan. “ barang siapa membawa, menyimpan memperniagakan bla..bla..bla jenis-jenis dilindungi maka dapat dijerat dengan sanksi penjara maksimal 5 tahun dan denda 100 juta. Ujar pak heru sambil membacakan isi pasal di buku yang ia baca.

Supri ini pedagangbiasa atau Bandar besar Tanya pak heru sambil menyuguhkan air mineral gelas, kemudian saya menjelaskan rekaman dari kamera hidden . oo orang kayak ginimah sikat aja. Itu bajingan gak usah ragu. Ujar pak heru.

Tak lama dering HPku berbunyi bertuliskan nama supri, halo mas barangnya dan ada lengkap sampean bisa ambil sekarang gak..? yo iso cak jam 3 ya aku neng kios.

Kemudian akupun langsung menelpon si Boss, Mas operasi jadi hari ini saya minta tim untuk handling satwa dan dokumentasi segera meluncur ke polda. Oke saya kirim Dar dan anggota lainya.

Mas kita menghadap Kasat dulu, ayo ikut saya ajak pak heru menyebrang ruang di sebrang ruangnya. Izin menghadap nda, seru pak heru sambil mengambil sikap hormat. Silahkan duduk, Saya dari LSM perlindungan satwa pak sambil mengenalkan nama . dan pak Heru terus menjelaskan rencana kegiatan penjebakan ini. Oke segera siapkan tim untuk operasi nanti. SIap ndan kembali pak heru mengambil sikap hormat sebelum meninggalkan ruang Kasat yang aku liat dari papan nama di depan pintunya berpangkat AKBP dengan nama lengkap I Nyoman.

Setelah tim berkumpul, pak heru langsung membagi 2 tim yang berisikan serse dan para aktivis-aktivis perlindungan satwa. Tim satu bergerak ke kios dan tim dua bergerak ke rumah yang menjadi gudang.

Setiba di kios. “barange wis enek mas, hayo kita kerumah mindahin’ okelah jawabku’ disekilingku sudah ada serse-serse memantau kami, melihat burung-burung di tempat supri, mataku awas sambil melihat curiga kepada mereka semua, sama seperti supri sambil mngerutkan dahinya. Hayo pak naik mobil saya di ujung sana.

Mas hari ayo jalan. Ajakku kepada supir kantorku. Mas tadi kayaknya polisi ya. Yang mana pak? Tanyaku. Itu baju putih yang gemuk, wah saya kok curiga juga pak dari tadi bolak balik sebelum saya datang.

Sambil melihat ke arah belakang mas hari ada yang ngikutin tidak? Tanyaku kepada supir, gak ada pak jawab hari supirku. Agak ngebut aja mas terusku.

Akupun berpura-pura menelpon” boss barangnya ada kalau gak cape saya sore meluncur ke Bali sambil bawa mobil pesenan teman di denpasar’ cumaharganya agak mahal yang ini bos gimana?” teriakku ke pada orang di seberang telp agar supri tak curiga terhadapku.

Setibanya di TKP akupun meminta minum dan supri mengambil kandang untuk memindahkan 10 ekor lorius lory , sambil bercanda saya meminta tambahan cacatua galerita dengan harga murah.

Suasana mulai mencekam saat dering HP supri berbunyi. Dengan bahasa Madura terdengan samar-samar suara perempuan marah’ muka supripun langsung pucat, akupun sedikit panik dengan mulai sms ke cak dar ataupun serse tim dua yang seharusnya sudah ada di TKP.

Ini mas manuk di kios mau di sita sama orang yang tadi. Emang bener mereka polisi. Aku sedikit menampilkan muka gusar. Wah terus piye ikipak. Nanti aku ditangkap. Aman mas gak apa-apa. Adzan magribpun menggema. Dering HPku berbunyi dengan inisal cak dar” akupun berteriak “dik uangnya tolong dikirim 10 juta ke ATM malam ini mas berangkat ke bali bawa burung’ jam 6 dah dikirim ya. Sambil bertanya ke supri pak ATM dekat dimana, sekitar sini HP kupun masih menyala berharap cak dar mendengar percakapan kami, di semampir mas deket pom bensin. Akupun mengulangi kembali disemampir ya pak dimananya pom bensi dekat gak jauh kok.

Saya mau sholah dulu pak dah magrib ni, oya silahkan mas masuk kamar mandinya di dalam. Akupun masuk WC sambil SMS serse dan cak dar untuk merapat ke POM bensin sebelah markas brimob. Setelah mengambil wudhu, tampak supri sudah menyiapkan sajadah. Di ruang tamu. Silahkan mas saya mandi dulu.

ALLAh huakbar….” Terdengar suara supri mandi jebar jebur…ini kesempatan untuk telp dalam hati. Segera akupun duduk sila sambil menelpon cak dar “ mas dia curiga tadi dapat telp dari istrinya katanya yang di kios di sita polisi, kita kumpul di TKP dua di pom bensin. Saya akan giring kesana pura-pura isi pom bensi dan ambil ATM. Sambil bisik-bisik menelpon. “oke sambuk cak dari disebrang.

Akupun melanjutkan sholat mangrib dengan sedikit panik, dalam doa aku meminta “ya allah saya bekerja di jalanmu untuk menegakkan agamamu dan menjadi tentaramu yang memembela kebenaran untuk mejaga alam yang kau cipatakan ini maka berikan jalan yang terbaik untuk hambamu ini amin”

Supripun tampak rapi dengan kemeja koko putih dan kopiah memulai sholatnya. Aku hisap Kretekku sambil melihat burung-burung ini berteriak, sang kakatua tampak tersiksa dalam karung beras . dalam hati aku memaki diriku,..dengan perasaan iba dan dendan bercampur melihat supri sholat.

Perjalanan dilanjut menuju ATM di semampir, di tengah jalan aku membuka dompet memberikan uang dua ratus ribu ke supirku, mas nanti isi bensi dulu di depan. Oh ya pak kalau ada kakatua raja saya pesan ya pak sambil mengalihkan kediaman. Saya mau kalau 3 juta pak. Jangan mahal-mahal ya pak.

BUSER Menangkap TSK

Laju mobil akhirnya pelan saat masuk berbelok ke POM bensin aku lihat dua mobil kijang telah berada di ujung dan cak dar telah berdiri di ujung. Aku buka jendela mobil dan memberikan kode. Segara aku bilang ke supir, mas aku WC dulu ya. Setelah saya berlari sekejap para serse itu langsung mengepung mobil dan SUPRIpun tertangkap tangan membawa burung-burung dari Indonesia Timur yang telah di lindungin Negara. Tak ada perlawanan karena segala penjuru pintu telah dikepung sang penegakk hokum. Bahkan supirku pun sempat di borgol oleh serse hingga menuju kantor Polda.

Akupun duduk di dalam mobil kijang merah milik serse sambil menunjukan jalan rumah tersangka. Pak minta rokoknya dong rokok saya habis, ohh ini mas…huh..hisapan demi hisapan terasa nikmat sambil mengepulkan asap dan menghela nafas panjang. Dalam hati bekata akhirnya ketangkap juga bajingan ini.

Untuk keamananku maka polisi pun menyembunyikan aku dalam mobil” mas sampean duduk disini aja dulu jangan kemana-mana” siap pak, jawabku. Ohya pak supri ingin boo’ongin tu rumahnya di gang ini bukan gang depan. Kita turun sini aja pak , sayapun berlari menunjukan rumahnya.

Saat Danru yang berpangkat AKP meminta ijin penggledahan dengan RT setempat, sempat terdengar pak RT berkata tidak ada burung di sini pak, emang supri itu pedagang. Suara keak-keak..terdengar sayup di lantai dua, sambil membisikan pelan ke Danru itu suara kakatua pak. Di atas lantai dua.Ok kita masuk dengan tersangka. Mas sembunyi saja duluagar di tidak lihat mas . Dari kejahuan supri telah menjadi orang pesakitan dengan tangan terborgol di giring 4 orang polisi berpakaian sipil, wargapun melihat dengan antusian dan tanpak supripun malu sambil menutupin tangannya yang di borgol.

Sempat terjadi kembali pengelabuhan oleh supri yang bilang tidak ada burung di rumahnya sambil membawa polisi ke arah kamar mandi. Suara keak, keak pun kembali terdengar para polisi langsung melihat kea rah lantai dua. Supri pun diam sambil mengalihkan perhatian polisi dengan bertanya, arek sing mau pesen ndi..? wes pak iku intel polda, ndi manuk en ayo munggah ujah bripda rudi sambil mebawa kamera menjawab pernyataan Supri.

Tak dapat dipungkiri lagi kejahatan yang dilakukan supri dengan ditemukan 10 ekor lorius lory, 10 ekor cacatua galerita dan 6 ekor cacatua goffini yang semuanya merupakan satwa dilindungi Negara yang asalnya dari Indonesia timur.

Yah Beginilah warna perjalanan dalam beberapa bulan ini. Bekerja menjadi Aktivis kita harus bisa melakukan aneka profesi , kadang harus menjadi makelar mobil, Pemabok, bahkan menjadi Mucikari, ya terkadang malah di anggap intel, ataupun petugas serse, oleh beberapa orang dengan dandanan yang sedikit army look malahdi bilang Buser yaa memang apa karena tampang sedikit BUruk dan SERam ini kali ya ?

No comments:

Post a Comment

Lentera Merah My web Lenteramerah https://pojoklenteramerah.blogspot.co.id/