Wednesday, October 12, 2016

Dua flora Raksasa Langka Mekar Di Kawasan Lindung Terambah


  
RMOL. Dua jenis bunga langka mekar bersamaan di kawasan hutan lindung Bukit Daun, yaitu Rafflesia Arnoldi dan bunga Amorphophallus Gigas. Kedua flora langka tersebut selama ini terus menjadi daya tarik bagi para wisatawan, dan kedua spesies langka ini telah di tetapkan sebagai icon wisata Bengkulu.

Bunga Bangkai atau Suweg adalah sekelompok tumbuhan dari genus Amorphophallus yang merupakan anggota dari famili dari Araceae (talas-talasan). A. gigas yang mekar kali ini merupakan hasil penangkaran milik keluarga Holidin yang tinggal di Desa Tebat Monok, Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu, hanya 30 meter menuruni anak tangga dari pinggir jalan raya lintas kabupaten sudah langsung dapat melihat keindahan bunga raksasa ini.

Sudah ketiga kalinya bunga A. Gigas mekar di lokasi penangkaran kami," ungkap Zuljumdi Hamzah (46) Penangkar Bunga Bangkai dari 7 bersaudara Holidin. Sebelumnya jenis yang sama mekar pada bulan Maret 2016 setinggi 4 meter mekar dan pertama kalinya jenis A. Gigas mekar pada tahun 2013 sejak kami mengelola lahan penangkaran ini yang telah dirintis oleh keluarga Holidin sejak tahun 1998.

Kami sekeluarga sudah hampir 20 tahun telah melakukan upaya penangkaran di lahan yang kami kelola di pinggir jalan lintas kabupaten Bengkulu-Kepahiang ini, ungkap Edi adik Holidin saat di temui RMOL, beberapa hari lalu.

Sedangkan Bunga Rafflesia Arnoldi yang mekar di berbarengan tak jauh dari lokasi mekarnya A Gigas tumbuh di dalam kawasan Hutan lindung bukit daun register 5.

Beberapa pemuda warga desa yang menyebutnya sebagai kelompok pelestarian rimba rafflesia bekerja secara sukarela memasang spanduk di pinggir jalan untuk menghimbau para pengguna jalan untuk mampir melihat bunga raksasa ini.

Kelompok warga desa yang di ketuai oleh Ibnu ini kurang lebih hampir 10 tahun mengawasai habitat Rafflesia di kawasan HL blBukit dlDaun secara sukarela. Ibnu yang juga aktif di media social Facebook dengan Akun Ibnu Gilang itu, terus mengupdate informasi mengenai mekarnya rafflesia di kawasan ini.

Tidak jauh bang hanya 30 meter, hanya satu yang mekar namun banyak bongkolnya yang siap mekar 2-6 bulan kedepan, ujar ibnu sambil memandu para pengunjung yang menuruni jalan setapak rintisan yang di buat oleh kelompok pelestari rimba rafflesia ini.

Dalam penamaan lokal suku Rejang Bunga Rafflesia di sebut Bungei Sekedei atau bunga Bokor Setan dan sebagian lagi menyebutnya Ibeun Sekedei atau Cawan Hantu. Sedangkan suku Serawai menyebutnya Begiang Simpai atau Bunga Monyet. Sedangkan untuk Bunga Armophopalus disebut sebagai bunga bangkai, Suweg Raksasa Atang Krebuit (nama lokal untuk fase vegetatif).

Kedua jenis flora langka ini telah di tetapkan sebagai icon Provinsi Bengkulu, namun hingga saat ini tidak ada tindakan nyata pemerintah dalam upaya pelestarian flora langka ini. Dalam penelusuran RMOL di kawasan Hutan Lindung Bukit Daun Register 5 ini sebagian besar telah di rambah menjadi perkebunan kopi hal ini diungkapkan oleh Ibnu.

Agak susah kita memberikan penyadaran kepada warga, untuk dilarang membuka kebun kalau tidak ada tindakan tegas dari pemerintah dan kompensasi buat warga yang telah telanjur membuka kawasan ini, kata Ibnu.

Hal senada diungkap oleh Edi(43) dan Zuljumdi Hamzah (46) kakak-beradik warga Tebat Mono, Kepahiang yang melakukan penangkaran Bunga Bangkai tak jauh dari hutan kawasan.

Saya sekeluarga khususnya kakak kami holindin, sering kali mengingatkan kepada warga jika berkebun, ketemu batang kibut jangan di tebang atau di semprot dengan herbisida. Sebab, semakin tahun penurunan kwalitas habitat di kawasan ini semakin parah tegas edi.

Dikutip dari website resmi LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) berdasarkan Ahli Konservasi Tumbuhan dari IPB, Ervizal AM Zuhud dalam Prosiding Seminar Nasional Puspa Langka Indonesia (2001) mengatakan, habitat Rafflesia Arnoldi di Bengkulu sudah rusak. Sebagian besarnya berubah menjadi ladang kopi, seperti yang terjadi di Taba Rena.

"Habitat Rafflesia Arnoldii di Taba Rena, Bengkulu di hutan alamnya hanya tersisa di kanan kiri jalan saja, selebihnya masuk kedalam lembih jauh lagi sudah menjadi kebun kopi masyarakat, " jelas Ervizal.

Ahli ekologi dan Keragaman hayati Universitas Bengkulu Agus Susatya saat di wawancara RMOL via telepon pada Rabu pagi ( 12/10/2016) mengatakan, bahwa kondisi habitatnya kedua Flora langka ini di kawasan HL Bukit Daun saat ini mengalami penurunan kualitas karena habitatnya yang terdesak.

"Permasalahan lainnya karena stastus kawasan Hutan Lindung yang secara langsung tindakan perlindunganya tidak terlalu terlihat nyata dari instasi-instasi terkait yang bertanggung jawab, tegas Agus Susatya.

Agus Susatya yang merupakan peneliti yang menemukan Spesies Rafflesia Bengkuluensis ini menjelaskan kepada RMOL, bahwa harus segera dilakukan strategi pengembangan ekowisata berbasis masyarakat dengan pola kemitraan multipihak. Strategi konservasi ini harus dilakukan dengan pemahaman bahwa masyarakat merupakan bagian dari solusi. Intinya, pemberdayaan masyarakat dengan ekowisata dan Rafflesia menjadi lokomotif dalam menjual potensi wisata di Bengkulu.

Dalam pelaksanaannya, kata Agus Susatya, harus melibatkan pemerintah, perguruan tinggi, LSM, dan sektor swasta. "Tanpa dukungan dan keterlibatan berbagai pihak, upaya konservasi ini akan sulit dilakukan, ujar Agus. [***]

Tulisan ini dikemas ulang dari catatan perjalanan yang di muat RMOL Bengkulu

Lentera Merah My web Lenteramerah https://pojoklenteramerah.blogspot.co.id/