Saturday, November 7, 2015

Membaca Rekam Jejak Sang Mayor Bupati Dalam Transparasi APBD.


‪#‎belanegara‬ ‪#‎Mahasiswa‬ dan teori kuliah dalam mengawal APBD
Ada hal beberapa sisi yang mungkin lain dari kekinian para pejabat saat ini, ya intinya agak beda dari yg lain, dimana yg lain atau kebanyakan bagaimana berlomba lomba menaikan anggaran, dan berbagi anggaran dengan para legislatif agar apbd dapat segera di di setujui dan di nikmati bersama.
Nah yg ini bolehlah justru berkas dan daftar peruntukan apbd setiap instasinya malah di umbar alias di jadikan sebuah festival agar rakyat mengetahui kemana habisnya anggaran belanja daerah, apa di serap oleh instasi untuk rakyat atau diserap habis bagi rata dengan legislatif dan eksekutif.
Kenapa di awal saya bilang agak beda dari yang lain, karena kebanyakan para pejabat atau instasi negara menghabiskan APBD untuk di serap bagi rata, entah kegiatannya dapat berdampak baik untuk rakyat atau hanya sekedar kegiatan yang penting ada fee dan laporan aman dari polisi, jaksa dan BPK atau KPK.
Melihat rekam jejaknya bolehlah Mayor Bupati kepala daerah kab. Batang di prov. Jawa tengah, Yoyok Riyo Sudibyo. Selain mantan TNI yang pensiun dini, juga pebisnis, dan sekarang sebagai eksekutif. Jika dilihat dari basic pendidikan TNI beliau alumni Akmil, yg notabene bisa jadi jenderal bahkan kariernya lumayan baik dalam pasukan ataupun dalam meminpin daerah militer, yah walaupun bukan dari pasukan elit tapi cukup cemerlanglah pangkat mayor di dapat selama 16 tahun dengan berbagai jabatan, hingga menjadi senopati di badan intelejen negara. Mungkin saja basic intelejenya yang membawa beliau dapat menyusup dengan cara sebagai saudagar yg akhirnya terjerumus bahwa jadi saudagar itu lebih enak di banding jadi serdadu.
Namun dengan bekal sebagai serdadu dan sebagai senopati tanpa lencana ini mungkin juga menjadi pembuktian ilmu yg di miliki untuk dapat memimpin sebuah daerah, membagun kerajaan kecil yang bersih tanpa ada curiga, bahkan kekayaan daerah bisa meningkat selama di pimpin sang mayor pensiun dini dalam sebuah media yang saya cerna.
1 banding 1000 pemimpin kepala daerah yang kayak begini, entah apakah basis ilmu kursus lanjutan perwira menjadikan beliau seorang pemimpin yang tegas hingga para legislatif tak bisa bermain mata, atau bisa jadi di bawah todongan senjata, para pejabat instansinya dan legislatif mau mengikuti perintahnya agar berbuat jujur untuk rakyatnya dalam menyusun APBD, tapi kalau melihat tampangnya emang bergaya lango dengan pangkat prajurit, bahkan dalam beberapa joke yang ditulis media sering kali di sangka ajudan atau supir bupati, hmmm bolehlah Bung Hatta award menjadi sebuah prestasi yg luar biasa dalam membangun negeri ini.
Penilaian saya tetap judulnya 1 banding 1000 pemimpin kepala daerah di negeri ini dalam melaksanakan transparasi anggaran APBD, dari kebanyakan bahwa gagalnya pemimpin kepala daerah dapat dilihat di saat menjabat atau disaat tak menjabat terjegal masuk hotel prodeo dengan dugaan awal masalah anggaran, baik bansos, ataupun markul-up anggaran dalam penyerapan habis bagi rata APBD.
Dalam diskusi kelompok mahasiswa terpelajar ternyata soal-soal beginian tidak lagi menjadi hal menarik buat mahasiswa ngurusin atau menyikapi kebijakan daerah, melempem alias diam tak berdaya melihat kepala daerahnya terkait kasus yg berhubungan dengan anggaran, paling cuma demo cuap-cuap tanpa adanya analisis yang ilmiah ataupun cukup menjadi fakta baru dari analisis teori teori mahasiswa aktivis di kampus yg di berikan oleh para magister doktor dan guru besar di kampus.
Sebagai mantan mahasiswa yang 4 x ngulang sebuah mata kuliah evakuasi proyek atau manajemen perusahaan, sebenernya sudah bisa melakukan analisis dalam menyikapi APBD apakah layak bermanfaat atau layak dimanfaati. Analisis analisi menghitung biaya proyek, manfaat proyek, keberlanjutan proyek, macam2lah yang bisa menilai sebuah anggaran bila di gelontorkan menjadi kegiataan serapannya berdampak pada ekonomi rakyat, lingkungan, atau hanya berdampak pada ekonomi pejabat instasi saja, untung saya bukan tenaga pengajar, jika saya tenaga pengajar bisa jadi mahasiswa akan saya suruh praktikum mengevaluasi APBD apakah layak atau tidak, setidaknya ini buat pembelajaran sebelum jadi sarjana dan kelak nanti mereka paham bahwa ini sebagai pendidikan karakter pendahuluan, bahwa mahasiswa dikenakan dengan cara ilmiah dan kritis, apakah proyek atau APBD yang disusun itu menyerap dan tepat sasaran untuj rakyat dan ketika menjadi pejabat mahasiswa ini tak jadi penjahat.
Hmm untungnya saya ngulang 4x walau nilainya dahulu E,D,BL,C jadilah yang penting lulus. Yah pengabdian masyarakat dan bela negara itu bisa dilakukan pada setiap profesi bagaimana bersikap tidak menyakiti rakyat dengan transparasi APBD
Semoga revolusi yang akan datang para intelektual terpelajar tidak lagi berdemo turun ke jalan dengan bakar membakar, teriak teriak, tapi mengungkap fakta kelayakan APBD dengan analisis teori teori bangku kuliah, jika ada aktivis mahasiswa kayak begini bakalan gw kasih A++ dan beasiswa, ah untungnya saya bukan tenaga pengajar saya cuma petani.

Nama Yoyok Riyo Sudibyo, Bupati Batang tiba-tiba melejit di pentas nasional karena menerima Bung Hatta Anti-Corruption Award 2015.
WWW.PEJABATPUBLIK.COM

Lentera Merah My web Lenteramerah https://pojoklenteramerah.blogspot.co.id/