#belanegara #Mahasiswa dan teori kuliah dalam mengawal APBD
Ada
 hal beberapa sisi yang mungkin lain dari kekinian para pejabat saat 
ini, ya intinya agak beda dari yg lain, dimana yg lain atau kebanyakan 
bagaimana berlomba lomba menaikan anggaran, dan berbagi anggaran dengan 
para legislatif agar apbd dapat segera di di setujui dan di nikmati 
bersama.
Nah
 yg ini bolehlah justru berkas dan daftar peruntukan apbd setiap 
instasinya malah di umbar alias di jadikan sebuah festival agar rakyat 
mengetahui kemana habisnya anggaran belanja daerah, apa di serap oleh 
instasi untuk rakyat atau diserap habis bagi rata dengan legislatif dan 
eksekutif.
Kenapa
 di awal saya bilang agak beda dari yang lain, karena kebanyakan para 
pejabat atau instasi negara menghabiskan APBD untuk di serap bagi rata, 
entah kegiatannya dapat berdampak baik untuk rakyat atau hanya sekedar 
kegiatan yang penting ada fee dan laporan aman dari polisi, jaksa dan 
BPK atau KPK.
Melihat
 rekam jejaknya bolehlah Mayor Bupati kepala daerah kab. Batang di prov.
 Jawa tengah, Yoyok Riyo Sudibyo. Selain mantan TNI yang pensiun dini, 
juga pebisnis, dan sekarang sebagai eksekutif. Jika dilihat dari basic 
pendidikan TNI beliau alumni Akmil, yg notabene bisa jadi jenderal 
bahkan kariernya lumayan baik dalam pasukan ataupun dalam meminpin 
daerah militer, yah walaupun bukan dari pasukan elit tapi cukup 
cemerlanglah pangkat mayor di dapat selama 16 tahun dengan berbagai 
jabatan, hingga menjadi senopati di badan intelejen negara. Mungkin saja
 basic intelejenya yang membawa beliau dapat menyusup dengan cara 
sebagai saudagar yg akhirnya terjerumus bahwa jadi saudagar itu lebih 
enak di banding jadi serdadu.
Namun
 dengan bekal sebagai serdadu dan sebagai senopati tanpa lencana ini 
mungkin juga menjadi pembuktian ilmu yg di miliki untuk dapat memimpin 
sebuah daerah, membagun kerajaan kecil yang bersih tanpa ada curiga, 
bahkan kekayaan daerah bisa meningkat selama di pimpin sang mayor 
pensiun dini dalam sebuah media yang saya cerna.
1
 banding 1000 pemimpin kepala daerah yang kayak begini, entah apakah 
basis ilmu kursus lanjutan perwira menjadikan beliau seorang pemimpin 
yang tegas hingga para legislatif tak bisa bermain mata, atau bisa jadi 
di bawah todongan senjata, para pejabat instansinya dan legislatif mau 
mengikuti perintahnya agar berbuat jujur untuk rakyatnya dalam menyusun 
APBD, tapi kalau melihat tampangnya emang bergaya lango dengan pangkat 
prajurit, bahkan dalam beberapa joke yang ditulis media sering kali di 
sangka ajudan atau supir bupati, hmmm bolehlah Bung Hatta award menjadi 
sebuah prestasi yg luar biasa dalam membangun negeri ini.
Penilaian
 saya tetap judulnya 1 banding 1000 pemimpin kepala daerah di negeri ini
 dalam melaksanakan transparasi anggaran APBD, dari kebanyakan bahwa 
gagalnya pemimpin kepala daerah dapat dilihat di saat menjabat atau 
disaat tak menjabat terjegal masuk hotel prodeo dengan dugaan awal 
masalah anggaran, baik bansos, ataupun markul-up anggaran dalam 
penyerapan habis bagi rata APBD.
Dalam
 diskusi kelompok mahasiswa terpelajar ternyata soal-soal beginian tidak
 lagi menjadi hal menarik buat mahasiswa ngurusin atau menyikapi 
kebijakan daerah, melempem alias diam tak berdaya melihat kepala 
daerahnya terkait kasus yg berhubungan dengan anggaran, paling cuma demo
 cuap-cuap tanpa adanya analisis yang ilmiah ataupun cukup menjadi fakta
 baru dari analisis teori teori mahasiswa aktivis di kampus yg di 
berikan oleh para magister doktor dan guru besar di kampus.
Sebagai
 mantan mahasiswa yang 4 x ngulang sebuah mata kuliah evakuasi proyek 
atau manajemen perusahaan, sebenernya sudah bisa melakukan analisis 
dalam menyikapi APBD apakah layak bermanfaat atau layak dimanfaati. 
Analisis analisi menghitung biaya proyek, manfaat proyek, keberlanjutan 
proyek, macam2lah yang bisa menilai sebuah anggaran bila di gelontorkan 
menjadi kegiataan serapannya berdampak pada ekonomi rakyat, lingkungan, 
atau hanya berdampak pada ekonomi pejabat instasi saja, untung saya 
bukan tenaga pengajar, jika saya tenaga pengajar bisa jadi mahasiswa 
akan saya suruh praktikum mengevaluasi APBD apakah layak atau tidak, 
setidaknya ini buat pembelajaran sebelum jadi sarjana dan kelak nanti 
mereka paham bahwa ini sebagai pendidikan karakter pendahuluan, bahwa 
mahasiswa dikenakan dengan cara ilmiah dan kritis, apakah proyek atau 
APBD yang disusun itu menyerap dan tepat sasaran untuj rakyat dan ketika
 menjadi pejabat mahasiswa ini tak jadi penjahat.
Hmm
 untungnya saya ngulang 4x walau nilainya dahulu E,D,BL,C jadilah yang 
penting lulus. Yah pengabdian masyarakat dan bela negara itu bisa 
dilakukan pada setiap profesi bagaimana bersikap tidak menyakiti rakyat 
dengan transparasi APBD
Semoga
 revolusi yang akan datang para intelektual terpelajar tidak lagi 
berdemo turun ke jalan dengan bakar membakar, teriak teriak, tapi 
mengungkap fakta kelayakan APBD dengan analisis teori teori bangku 
kuliah, jika ada aktivis mahasiswa kayak begini bakalan gw kasih A++ dan
 beasiswa, ah untungnya saya bukan tenaga pengajar saya cuma petani.

