Kadang saya heran, dan trenyuh melihat status banyak orang mengatakan kafir, mengatakan macam2 hujatan, atau berbagi tautan yang tidak dikaji dahulu, apalagi kasus tolikara kemarin.
Memang kemajuan tehnologi, apalagi dalam medsos, perlu filter berupa akalpikiran, dan keilmiahan, bahkan ilmu ilmu lain yang dapat membuktikan baik atau benar dalam membaca setiap berita ataupun kata kata dalam medsos, tidak semua benar, tidak semua baik, dan tidak semua salah, begitupun tidak semua tidak baik.
Lakum dinikum waliadin, sederhana yang membuat saya berpikir bahwa itulah toleransi beragama dalam islam.
Kita tidak bisa menghujat, menjelek2 agama orang lain, yang berbeda dengan kepercayaan kita, atau menyebut non muslim itu kafir, bagi saya keimanan dan ketakwaan kita, hanya gusti allah yang maha tau.
Seorang penzina, yang profesinya sebagai pelacur telah dijanjikan syurga di jaman nabi, karena budinya memberikan minum seekor anjing yang kehausan dengan mengambil air memakai terompahnya (sepatu), yang jelas jelas air liur anjing itu haram, bagi muslim, dan pelacurpun adalah dosa besar dalam ajaran islam.
Who knows, bukan kita yang menentukan kafir atau tidak, baik atau tidak, kebenaran hakiki hanya milik sang pencipta, manusia hanya mempersepsikan menurut logika saja.
Membaca status temennya temen yang saya copas #Ikasendangwangi