"Amenangi jaman edan ewuh aya ing pambudi melu edan ora tahan yen
tan melu anglakoni boya kaduman melik kaliren wekasanipun, Dillalah
karsaning Allah Sakbeja-bejane wong kang lali luwih beja kang eling lan
waspada."
Terjemahan bebas kedalam bahasa Indonesia :
"Mengalami
jaman gila, serba repot dalam bertindak, ikut gila tidak tahan jika
tidak ikut berbuat gila tidak memperoleh bagian hak milik, akhirnya
menjadi ketaparan. Namun dari kehendak Allah, seuntung untungnya orang yang lupa diri, masih lebih bahagia orang yang ingat dan waspada."
Ini
adalah catatan seorang pujangga R. Ng. Ronggowarsito (1800) dalam serat
katilodo. Ternyata serat yang sudah di tulis ratusan tahun lalu itu,
menjadi semacam ramalan yang #lingkungansekitar yang menjadikan kita gila untuk berbuat gila agar kita gila untuk hal hal yang gila.
mengajarkan etika dan laku, bahwa hidup
dijaman yang edan alias jaman gila yang semua ikut terbawa menjadi gila
untuk urusan apapun dan cara gila yang di gunakan, dan secara langsung
atau tidak langsung kita menjadi gila untuk berbuat gila, bukan soal
iman dan kepercayaan, tapi soal
Lingkungan
sekitar yang dimaksud adalah siapa teman kita, siapa bos kita siapa
orang orang yang mempengaruhi kita, itulah yang membuat alam bahwa sadar
kita untuk gila, karena diantaranya ada yang gila.
Jika
lingkungan kita baik, pertemanan kita baik, bos kita baik, istri/suami
kita baik maka kegilaan apapun kita tak akan terseret arus yang telah
gila.
hal
hal gila di masa gila bersama teman teman gila yang gila pada kegilaan
duniawi, karena terpatok bahwa hidup itu menumpuk harta bukan lagi
mencukupi.
Semua
di buat standar atas kemapanan bahwa soal kemampuan mengumpulkan
duniawi. Dan memandang orang dari sisi duniawi yang terpakai dan di
milikinya.
#rekamandiskusimalam #kuliah6sks #karakterbuilding #KuliahHermenMalik
No comments:
Post a Comment