Friday, May 14, 2010

Memimpin dengan HATI

Sekedar berbagi, ini dari weblog temen2 , yang sepertinya bisa membuat intropeksi kita, saat menjadi leaders, atau setidaknya menjadi kepala rumah tangga! atau yang saat ini dipromosikan menjadi pemimpin di organisasi atau perusahaanya atau juga menjadi pemimpin di lembaga akdemik. semoga bermanfaat

Oleh HW

Di sekitar tahun 2001, saya pernah membaca buku karangan Pak Gede Prama, yang berjudul : Memimpin dengan Hati. Sebuah buku yang merupakan hasil dari perenungan beliau selama bertahun-tahun ini, menyatakan: fondasi kepemimpinan yang kokoh terletak di hati. Dari dalam hati inilah bercokol jiwa, sikap, dan sekaligus semangat yang tergambar dalam cara kepemimpinan sehari-hari. Bekerja dengan menggunakan hati memang menjadi sesuatu yang sangat langka akhir-akhir ini. Desakan ekonomi serta ketatnya persaingan, membuat seorang pemimpin harus berhitung matang tentang rasio-rasio untung-rugi setajam mungkin secara matematis...Di sini, biasanya hati tidak lagi berbicara.


Sesungguhnya, terlepas dari buah pikiran Pak Gede itu, bekerja yang hanya mengutamakan keterampilan teknis murni dan berorientasi pada faktor untung-rugi, sudah tidak laku lagi.

Terbukti pula, pemimpin yang berhasil adalah yang tidak hanya didukung oleh keterampilan teknis dan kepintaran belaka. Yang tak kalah menentukan adalah emotional intelligence (EQ) yang tinggi.
EQ adalah kesanggupan memahami diri sendiri. Seseorang yang memiliki self-awareness yang baik akan mampu mengendalikan dirinya sendiri (self-control) secara efektif. Self-control di sini bukanlah kemampuan seseorang menekan sedalam-dalamnya perasaan di lubuk hati, melainkan kesanggupan mengelola segenap emosinya secara aktif.

Pada seorang pemimpin, EQ menjadi dominan lantaran ia bekerja berada dalam satu kelompok, yang dituntut menunjukkan kerjasama team yang solid serta hasil kerja yang efektif. Hanya pemimpin yang terampil dan mampu mengendalikan emosinya secara positif atau bisa bekerja dengan hati, yang dapat diandalkan keberhasilannya.

Beberapa komponen EQ yang dapat menjadi ukuran sukses seorang pemimpin adalah:

Mawas diri, yang dimaksudkan disini adalah kesediaan mengakui kekuatan, kelemahan, emosi, kebutuhan dan dorongan diri sendiri. Umumnya ia tahu apa yang diinginkan, dan mengapa menginginkannya. Sehingga, pemimpin ini akan lebih tegas dan fokus pada tujuan dan sasaran. Jika ada sesuatu yang dianggap kurang mendukung sasaran, dengan cepat ia memahami persoalan dan mengubah "kemarahan" menjadi hal yang konstruktif.

Pengendalian diri : ini merupakan komponen EQ yang membebaskan seseorang dari cengkeraman emosi. Bahkan, pemimpin yang dapat mengendalikan diri mampu mengubah konflik emosional menjadi solusi atau aktivitas yang bermanfaat. Pertimbangan yang patut dipercayai, pemimpin yang dapat mengendalikan diri cenderung rasional dan mampu menciptakan lingkungan saling percaya dan adil. Dengan demikian, ia dapat meredam pertentangan antar anggota di dalam suatu organisasi. Di bawah pemimpin yang bisa mengendalikan diri, anggota team-pun tidak akan gampang mengumbar emosi.

Motivasi : Komponen ini harus dimiliki pemimpin yang ber-EQ tinggi. Motivasi memacu orang mencapai tuntutan dirinya dan tuntutan orang lain. Motivasi bisa datang dari dalam diri maupun dari luar. Jika seorang pemimpin termotivasi dengan baik, ia akan terlihat senang dengan pekerjaannya, senang mencari tantangan kreatif, serta tentu saja senang meningkatkan kinerja dan mengontrol tingkat keberhasilannya. Akibat lain, pemimpin seperti ini tidak mudah frustasi dan depresi akibat kegagalan yang dialami.

Empati : Dari semua komponen EQ, empati menempati tempat yang paling mudah dikenali. Empati di sini bukan berarti menyetujui emosi team atau memuaskan mereka begitu saja, melainkan memperhatikan aspirasi karyawan bersama faktor-faktor lain dalam membuat keputusan.

Ada tiga alasan mengapa empati sangat penting dalam situasi sekarang, yaitu :

(1) peningkatan kebutuhan terhadap kelompok kerja

(2) kecepatan arus globalisasi

(3) kebutuhan menahan anggota team yang berbakat.

Ini merupakan pencetusan dari dimensi-dimensi EQ lainnya (mawas diri, pengendalian diri, motivasi internal dan empati). Pemimpin cenderung efektif mengelola hubungan kerja bila mereka bisa memahami orang lain, mampu mengendalikan emosi, dan berempati terhadap orang lain.

Ketrampilan Sosial : Mereka yang berketerampilan sosial cenderung memiliki pergaulan luas, pandai menemukan cara berhubungan dengan berbagai tipe orang, dan yakin bahwa tidak ada hal penting yang dilakukan sendirian. Orang-orang yang berketerampilan sosial bisa dikatakan sebagai ahli mengelola team dengan baik, karena empati mereka berfungsi. Mereka juga ahli mempersuasi orang lain dan ini merupakan wujud kombinasi dari mawas diri, pengendalian diri dan empati.

Dengan keterampilan itu, diyakini dapat mengembangkan kecakapan yang dipahami sebatas keterampilan teknis dan kemampuan pengetahuan seseorang menjadi kompetensi yang mempunyai cakupan lebih komprehensif, terdiri dari: motif, sifat, citra-diri, peran sosial, pengetahuan dan keterampilan. Kompetensi inilah yang diharapkan menjadi karakter mendasar seorang pemimpin. Sebab, ia bisa mendorong lahirnya kinerja yang efektif dan superior dalam pekerjaan.
Nah, bukankah karakter-karakter seperti itu yang kita dambakan dari pemimpin kita?

Sebelum saya lupa : Marilah kita bersama-sama belajar dan menjadikan diri kita masing-masing untuk menjadi Pemimpin yang memimpin dengan suara hatinya…dan selalu mawas diri.

--------- ditulis oleh sahabatku,HW *dengan sedikit revisi redaksional.

Memimpin Dengan Hati


Ukurlah seorang pemimpin dari hati nya, bukan dari kepalanya -- John C. Maxwell.

Dilingkungan yang kompetitif seperti jaman sekarang ini, banyak sekali pemimpin yang tergoda untuk melupakan pertimbangan etika. Entah bagaimana, mereka berfikir dengan “ menghalalkan segala cara “ mereka akan menang.

Para pemimpin seperti ini membahayakan lebih banyak ketimbang yang mereka bayangkan akan dapatkan.


Pertama – tama , Anda sebagi pemimpin akan berisiko kehilangan kehormatan. Menurut para karyawan yang kami survey dan sering sharing dengan kami, ciri – ciri nomor satu yang mereka pentingkan dalam diri seorang pemimpin adalah integritas tentang apa yang sudah Anda utarakan untuk Anda jalankan sebagai seorang pemimpin

Anda juga berisiko kehilangan langganan dan orang – orang yang kompeten dan berkualitas dalam tim Anda.Anda bisa mendapatkan keuntungan cepat dengan memanfaatkan pelanggan serta orang – orang Anda menurut cara Anda yang Anda pandang paling benar di bandingkan dengan cara para bawahan Anda lakukan. Namun jangan lupa, lama kelamaan hilangnya kepercayaan bawahan terhadap anda takkan pernah bisa di pulihkan.

Ketiga, Anda berisiko kehilangan harga diri. Dan itu dapat dipastikan

Ya, haga diri ! itu harga mati dari resiko yang akan Anda terima jika Anda memimpin hanya dengan ukuran kepala dan logika Anda, hanya berprisip baik buruk dan benar salah saja, tidak memimpin dengan hati nurani Anda.
Bukankah menjumpai orang dengan hati nurani yang bersih membuat Anda nyaman dan memungkinkan Anda berkonsentrasi pada pekerjaan Anda.

Jika Anda jujur terhadap orang lain, mereka akan merasa dapat mempercayai Anda, sebaliknya pun sebaiknya kepercayaan Anda kepada siapa mereka yang berkerja dengan Anda , Anda tunjukan.
Dan ketika Anda berbaring di malam hari, hati nurani yang bersih menjadi bantal yang sangat empuk. Demikian juga untuk mereka yang Anda percayai

Apakah hati nurani yang bersih sudah Anda gunakan dalam kepemimpinan Anda……
sehingga di malam hari…itulah bantal terempuk yang mengantarkan Anda pada solusi di esok hari..

Hanya Anda yang tau….

No comments:

Post a Comment

Lentera Merah My web Lenteramerah https://pojoklenteramerah.blogspot.co.id/