Entah kenapa langsung naik pitam dan mengupat Jangan Pelihara #BAJINGAN
Namun setelah Melalui perenungan panjang siang tadi, ada satu pelajaran yang bisa saya petik dari sebuah kabar burung, soal alpa dan kesalahan.
Kesalahan memang syaratnya seperti itu, harus tidak disadari. Sama dengan menjadi gila, syaratnya mudah, yaitu gak sadar kalau gila. Menjadi pintar juga sama syaratnya, gak sadar dirinya pintar. Menjadi jahat juga gampang, yaitu ketika sampai dititik dimana dirinya gak sadar kalau dirinya jahat. Tapi hal-hal itu justru dapat disadari orang lain.
Disinilah awalnya dari perubahan. Atau lebih baiknya perbaikan. Karena sesuatu yang tidak disadari, tidak dapat diubah. Maka untuk melakukan perubahan, perlu diawali dengan menyadari. Bila tidak, maka saya tidak tahu apa yang perlu diubah.
Jadi ada syarat sesuatu bisa dibilang hanya sebagai 'kesalahan', selain tidak menyadari, syarat lainnya adalah ia tau bagaimana menjadikannya benar. Jika sudah tau apa yang tidak benar, apa yang harus dibetulkan tapi tetap juga salah karena tak tau bagaimana cara membuatnya benar, maka itu namanya kebodohan. Ya! Kebodohan menurut definisi saya adalah tau salah, tapi tidak bisa memperbaiki.
Orang yang salah bisa berubah sendiri jika diberi tau apa yang salah.
Orang bodoh akan selalu berbuat salah dan tak bisa berubah sendiri, karena untuk berubah ia memerlukan ilmu, memerlukan bimbingan. Maka untuk membuatnya benar, kita yang bisa melihat kebodohannya harus rela atau bahkan berani menolongnya memberi ilmu.
Saya belakangan ini menyadari, kadang saya sering capek menasihati kalian, tapi orang itu masih saja dengan tabiatnya. Maunya saya, sekali nasihat orang itu berubah, gak perlu berkali-kali diingatkan. Bahkan yang sudah berkali-kali diingatkan pun masih tak dapat berubah. Akhirnya saya tau, orang itu bukan melakukan kesalahan, melainkan kebodohan. Mungkin ia sebenarnya mau berubah, tapi tak tau ilmunya. Yang ia butuhkan bukan hanya sekedar teguran atau nasihat, tapi perlu juga bimbingan dan arahan.
Kesalahan saya pula dan mungkin kita semua, enggan membedakan mana pelaku kesalahan mana pelaku kebodohan. Kita memukul rata semua orang hanya melakukan kesalahan. Sehingga tak mau repot-repot memberikan cara bagaimana melakukan sesuatu dengan benar.
Atau... Mungkinkah saya dan mungkin kita semua adalah pelaku kebodohan? Kita akhirnya tau membedakan pelaku kesalahan dan pelaku kebodohan, bagaimana seharusnya menghadapi pelaku kebodohan lainnya, tapi kita sendiri tak tau bagaimana menolongnya.
cuma kalau la bebal, payah juga, mau di nasihati, mau di bimbing mungkin saja di azan, malah melawan, kalau sudah begini, kembalikan pada gusti allah yang akan memberikan sebuah takdir, cobaan atau azab.
Saya juga pernah menjadi orang yang salah dan pendosa, namun saya belajar untuk tidak bodoh, (Baca : Semua Orang Pernah Salah ! "Maaf jika anda kecewa" )
dalam artikel di atas inti ajinya adalah, karena memang tidak ada manusia yang sempurna baiknya. Namun, juga tidak ada seseorang yang sempurna buruknya.
Semua orang diciptakan seimbang oleh Allah. Memiliki kelebihan juga kelemahan. Memiliki sisi baik juga sisi buruk. Manusia terkadang memilih sebuah jalan abu-abu. kadang tanpa sadar memilih jalan hitam sampai akhirnya disadarkan dengan sebuah teguran sehingga kembali ke jalan putih. mungkin saya salah satu orang yang berjalang di jalan kegelapan menuju jalan yg putih
yah... itulah manusia, tempat salah dan dosa. Tapi, kesalahan pulalah yang membuat manusia belajar . Kesalahan jugalah yang membuat manusia naik level dalam kebijaksanaan dan dalam menilai serta memandang hidup ini. "kata orang pintar agama"
Iya, jangan pernah remehkan kesalahan hanya sebagai "barang" kotor yang menjijikkan dan tak termaafkan. Tapi cobalah melihat sesuatu dari cara pandang kebijaksanaan. Yang dapat melihat bahwa kesalahaan adalah pelajaran paling mudah diingat dan diserap oleh manusia.
"Jadi, janganlah berbuat salah, bukan jangan pernah takut berbuat salah.
Jangan juga menganggap remeh sebuah kesalahan.
Jangan juga terpuruk dan menyesali sebuah kesalahan.
jadilah pribadi yang tangguh.
Pribadi yang cepat belajar dari kesalahan. Berjiwa ksatria untuk mengakui, meminta maaf, dan memaafkan diri sendiri. Lalu segera instrospeksi, observasi dan evaluasi. Lalu segera cari solusi ketimbang berpeluk dalam keterpurukan. Carilah solusi yang mungkin, solusi yang baik.
Segera bangkit dan hadapi segala konsekuensinya.
Menjadi pribadi yang lebih baik, karena tidak pernah berhenti.
Karena kegagalan dan kesalahan terbesar dan tak termaafkan adalah saat kita jatuh tapi malas untuk kembali berdiri. Ada sebuah pertanyaan dalam hati yang hingga saat ini belum terjawab" awalnya saat mendengar kembali dai gaul ke sang khalik'
Dalam tausyiahnya mengatakan bawah takdir itu ada 2 takdir baik dan takdir buruk, manusia lebih siap menerima takdir baik ketimbang takdir buruk, contohnya ketika istri yang dulunya langsing cantik berubah menjadi gendut bawel maka sang suami berselingkuh, meninggalkan sang istri, itulah manusia yang tak siap menerima takdir buruk.
Hal di atas adalah contoh yg saya serap dr ceramahnya sang ustad, pada intinya saya menyimpukan bahwa Mengimani takdir baik dan takdir buruk, merupakan salah satu rukun iman dan prinsip ‘aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Tidak akan sempurna keimanan seseorang sehingga dia beriman kepada takdir, yaitu dia mengikrarkan dan meyakini dengan keyakinan yang dalam bahwa segala sesuatu berlaku atas ketentuan (qadha’) dan takdir (qadar) Allah. artinya baik dan buruk yang di gariskan gusti allah siap tidak siap ya harus menghadapi "dalam bahasa jawanya" Nrimo ing pandum" "Dalam hidup ini tidak selalu kenyataan yang kita terima, sama dengan yang kita harapkan. Selalu ada hal-hal yang tidak kita sukai, yang tidak kita inginkan, yang nantinya ternyata adalah bagian dari pembelajaran dan pembekalan tentang kehidupan."
"
"Apa yang ada, bahkan yang paling bertolak belakang dengan kondisi ideal yang kita inginkan adalah bagian dari
kehendak Sang Maha Hidup, Allah SWT". Allah menghendaki dunia ini sebagai tempat
bertemunya dua hal yang yang sering kita maknai menyenangkan dan tidak menyenangkan (takdir baik dan takdir buruk),
ketika masalah atas kesalahan yang saya perbuat, ada setumpuk masalah yang datang silih berganti, dari kehilangan cinta dan mimpi, jatuh bagun usaha, dan berbagai macam....sempat saya bertanya dalam doa, gusti allah jika ini cobaanmu berikanlah kemudahanmu dalam menyelesaikan segala masalah ini, dan jika hamba tak dapat menyelesaikan semuanya hamba kembalikan padamu,......dengan tawakal ihktiar hamba akan jalani' berjalannya waktu tetep aja satu persatu masalah datang dari musibah tabrakan, ditipu orang, kebanjiran "duh gusti ini cobaan apa kutukan"
Memang berat, tetapi….. tidakkah dengan hati iiklas dan pasrah ternyata justru menjadi lebih tegar saat menghadapi segala kesulitan ?.
Dan saya percaya ternyata ini semua adalah cobaanmu (Takdir yang engkau buat) sesungguhnya menyadarkan bahwa apabila ada satu kesusahan, kesulitan atau masalah berhasil kita lalui, adalah ini bagian dari hidup yang memang harus kita rasakan demi mendewasakan dan memperkaya khasanah batin kita, hingga membuahkan rasa syukur yang tulus