Mari kita membaca hubungan prilaku unggah foto kriminal pada satwa dengan kejadian alam.
Akhir2 ini kita di tampilkan aneka pendatang artis baru, sayang ke populeranya tidaklah artis yang berkarya hebat, tapi kebodohan hingga menjadi artis yang di hujat dan berujung pada BAP dan hotel prodeo.
Tidak satu dua, saja yang menjadi artis tapi sudah hampir lebih dari sepuluh orang, semuanya berpose dalam media sosial tanpil dengan gaya senyum tanpa mimik muka bersalah atau menganggap ini hal biasa.
Dalam pelajaran kriminologi yang sempat saya pelajari saat berteman dengan para penjahat dan seorang psikolog sera seorang penyidik senior di kepolisan bahwa Pada umumnya penyebab kejahatan terdapat tiga kelompok pendapat yaitu:
a. Pendapat bahwa kriminalitas itu disebabkan karena pengaruh yang terdapat di luar diri pelaku
b. Pendapat bahwa kriminalitas merupakan akibat dari bakat jahat yang terdapat di dalam diri pelaku sendiri
c. Pendapat yang menggabungkan, bahwa kriminalitas itu disebabkan baik karena pengaruh di luar pelaku maupun karena sifat atau bakat si pelaku.
Teori Tipe Mental (Psikologi Kriminal)
Penyimpangan perilaku manusia adalah kelainan dalam mentalnya, yang dapat dilihat dari
1) Perbedaan struktur kepribadian penjahat dan bukan penjahat;
2) Prediksi tingkah laku;
3) Dinamika kepribadian normal dalam diri penjahat;
a. Teori Mental Disorder
Bericara tentang teori penyimpangan kepribadian, maka kita akan berbicara tentang teori kekacauan mental (mental disorder) dimana di dalam teori tersebut akan dibedakan antara psikopat, psikosis dan neurosis serta bentuk-bentuk lainnya. Bentuk-bentuk keadaan mental tersebut dikualifikasikan kedalam bentuk penyakit mental dan keadaan-keadaan abnormal.
b. Teori Psikoanalisa
Teori psikoanalisa dikemukakan oleh Sigmund Freud (1856 – 1939). Menurut Freud, kepribadian manusia memiliki tiga sifat dasar, yaitu superego (hati nurani), ego (penengah antara hati nurani dengan nafsu) serta id (keinginan yang ingin dipenuhi atau nafsu).
Prinsip dasar teori psiko analisa :
1. Tindakan dan tingkah laku orang dewasa dapat dipahami dengan melihat perkembangan masa kanak-kanak mereka;
2. Tingkah laku dan motif-motif bawah sadar adalah saling berhubungan;
3. Kejahatan merupakan representasi dari konflik psikologis. (Isidore Silver, 1981: 53)
Dari teori kriminologo diatas dengan kejadian atas prilaku kejahatan terhadap satwa liar yang dengan sadar dan percaya diri mengunggah fotonya bersama satwa buruannya di media sosial dapat kita simpulkan, bahwa tindak kejahatan yang dilakukan dilihat dari mimik wajahnya, dan prilakunya bahwa sang pelaku menganggap biasa atas tindakannya atau menganggap tindakannya itu secara sadar yang di timbulkan dari banyak faktor dan banyak ragam motif yang menyebabkan bertindak kriminal.
Dari lihat foto2 yang memajang satwa liar yang di buru, yang potong, yang di jerat, yang ditembak atau foto selfie bersama satwa yang mati karena perbuatan.
Mereka semua tersenyum tanpa ada mimik wajah sedih, takut, dah telihat mimik wajah yang bangga atas perbuatan kriminalnya.
Dalam studi psikologi, interaksi sosial mereka yang memiliki kecenderungan perilaku narsistik digambarkan dengan sebuah hubungan yang tidak menyamankan orang lain, mereka cenderung memiliki fantasi akan ketenaran atau malah kekuasaan, seringkali merespon kritik yang sampai ke dirinya dengan amarah dan penjalasan panjang tentang apa yang telah dicapainya atau dicapai orang disekitarnya, kadang malah sampai bersikap merendahkan orang lain yang dianggap mengancam posisi dirinya untuk tetap tampil sempurna (dalam standar dirinya).
Mereka yang narsistik juga kurang mampu menjaga komitmen dan memberikan perhatian dalam interaksinya dengan orang lain, secara yang diperhatikan olehnya terbatas pada dirinya.
Dalam bahasa awam siapakah mereka yang narsis? Mereka yang narsis adalah mereka yang sombong sampai mengganggu orang lain, tidak memiliki tolak ukur yang masuk akal dan sesuai proporsi dirinya, mereka yang sering menjelekkan dan merendahkan orang lain (bisa jadi secara verbal sampai dengan perilaku) guna melindungi dirinya yang merasa terancam (dalam standar dirinya, padahal mungkin bagi orang lain keadaan itu biasa saja), yang seringkali tak mengindahkan orang lain saat akan mewujudkan pengamanan atas diri, “yang penting saya merasa bahagia, yang lain bodo amat,” mungkin itu penjelasan mudah mengenai cara berpikir para narsistik.
Menurut psikolog dan direktur Media Psychology Research Center, Dr Pamela Rutledge, keinginan memotret, mem-posting, dan mendapatkan "likes" dari situs jejaring sosial merupakan hal yang wajar pada setiap orang.
“Keinginan ini dipengaruhi rasa kita pada hubungan sosial. Hal ini sebetulnya tentang eksistensi dan pengakuan sosial.
Menurut pendapat beberapa ahli, selfie ternyata memiliki dampak negatif dan positif. Penelitian di Inggris menyatakan, membagi terlalu banyak foto ke jejaring sosial termasuk foto selfie, berpotensi memperburuk hubungan atau membuat pengunggah foto kurang disukai.
“Peneliti kami menemukan, seseorang yang secara berkala mem-posting foto miliknya di media sosial berisiko membahayakan hubungannya di kehidupan nyata,” kata pimpinan riset Dr David Houghton. Hal ini menurut Houghton dikarenakan tidak semua orang berhubungan baik dengan orang yang mem-posting foto personalnya
Menurut psikolog klinis dan forensik, Kasandra Putranto, selfie merupakan bagian dari narsis. Sedangkan narsis atau narsistik adalah prilaku mencintai diri sendiri yang berlebihan. Narsis tidak hanya pamer di jejaring sosial tapi juga ingin selalu menang sendiri, baik dengan orang lain maupun pasangannya.
“Selfie mewakili satu elemen narsistik, selfie kan prilaku memotret. Narsis adalah lebih kepada mencintai diri sendiri. Pamernya nggak cuma wajah, bahkan berhadapan dengan orang maunya menang sendiri, yang penting diri sendiri daripada orang lain itu kan narsis," jelas Kasandra.
Jadi tidak selamanya selfie berarti narsis. Bisa saja dia hanya selfie hanya untuk kesenangan sesaat. Sementara mereka yang narsis bisa menjadi seorang narsistik atau mengalami gangguan kepribadian. Penderita narsistik percaya bahwa mereka lebih unggul dan kurang memperhatikan perasaan orang lain. Namun di balik itu semua sebenarnya dia memiliki harga diri yang rapuh dan rentan terhadap kritik.
Saya menyimpulkan bahwa tindak perburuan satwa atau kekejaman terhadap satwa secara sadar merupakan tindakan kriminal yang bisa disebabkan gangguan jiwa dan juga tekanan lingkungan ataupun juga bawaan gen .
Sedangkan mengunggah foto narsis atau selfi atas perbuatan kriminal adalah tindakan sakit jiwa, karena secara sadar melakukan tindakan kriminal untuk sebuah pengakuan pada media sosial. Artinya bahwa pengunggah foto adalah orang yang secara sadar berbuat kriminal dan secara sadar bahwa tindakannya adalah pelanggaran hukum namun juga secara sadar agar sosial mengetahui tentang apa yang dilakukan oleh pelaku.
Memang #sakitjiwa.
Lalu apa hubungannya dengan kejadian alam,?
Prilaku satwa sangat dinpengaruhi oleh habitat tempat hidupnya, ekosistem dan pastinya bagian dari ekosistem adalah abiotik yaitu iklim.
Musim kemarau yang panjang merubah kondisi habitat satwa liar menjadi tidak nyaman bagi satwa, karena dengan kemarau panjang maka timbul kekeringan bahkan bisa pada kebakaran hutan yang efeknya pada sumber pakan satwa yang tersedia di habitatnya.
Berubahnya lingkungan ekosistem san habitat mempengaruhi daya jelajah atau prilaku satwa untuk dapat bertahan hidup, yang bisa survive mereka akan migrasi atau berpindah tempat pada areal2 yang memiliki sumber pakan, namun bagi habitat yang sudah mengalami kerusakan baik perambahan, hutan terbakar, ladang masyarakat, maka satu2nya jalan adalah menjadi konflik bagi manusia dan satwa.
Ketika konflik inilah para pelaku kriminal memanfaatkan untuk menjerat, memburu, manangkap dengan mudah satwa yang masuk kampung atau yang pindah habitat.
2 hal diatas bisalah para petugas kehutanan mengambil kesimpulan dan para pelaku konservasi satwa memang harus bekerja keras disaat kemarau panjang selain masalah kebakaran, yang pasti konflik satwa semakin meningkat, dan perdagangan satwa di pasar2 burungpun juga semakin meningkat.
Mari bekerja, memburu para pesakitanjiwa kriminal satwa.
#kuliahrehabilitasiekosistem #etikalingkungan
Senopati akan selalu membaca informasi dan fakta, untuk bekerja, bukan fakta pada media sosial yang kemudian dijadikan bahan kampanye mencari uang
Akhir2 ini kita di tampilkan aneka pendatang artis baru, sayang ke populeranya tidaklah artis yang berkarya hebat, tapi kebodohan hingga menjadi artis yang di hujat dan berujung pada BAP dan hotel prodeo.
Tidak satu dua, saja yang menjadi artis tapi sudah hampir lebih dari sepuluh orang, semuanya berpose dalam media sosial tanpil dengan gaya senyum tanpa mimik muka bersalah atau menganggap ini hal biasa.
Dalam pelajaran kriminologi yang sempat saya pelajari saat berteman dengan para penjahat dan seorang psikolog sera seorang penyidik senior di kepolisan bahwa Pada umumnya penyebab kejahatan terdapat tiga kelompok pendapat yaitu:
a. Pendapat bahwa kriminalitas itu disebabkan karena pengaruh yang terdapat di luar diri pelaku
b. Pendapat bahwa kriminalitas merupakan akibat dari bakat jahat yang terdapat di dalam diri pelaku sendiri
c. Pendapat yang menggabungkan, bahwa kriminalitas itu disebabkan baik karena pengaruh di luar pelaku maupun karena sifat atau bakat si pelaku.
Teori Tipe Mental (Psikologi Kriminal)
Penyimpangan perilaku manusia adalah kelainan dalam mentalnya, yang dapat dilihat dari
1) Perbedaan struktur kepribadian penjahat dan bukan penjahat;
2) Prediksi tingkah laku;
3) Dinamika kepribadian normal dalam diri penjahat;
a. Teori Mental Disorder
Bericara tentang teori penyimpangan kepribadian, maka kita akan berbicara tentang teori kekacauan mental (mental disorder) dimana di dalam teori tersebut akan dibedakan antara psikopat, psikosis dan neurosis serta bentuk-bentuk lainnya. Bentuk-bentuk keadaan mental tersebut dikualifikasikan kedalam bentuk penyakit mental dan keadaan-keadaan abnormal.
b. Teori Psikoanalisa
Teori psikoanalisa dikemukakan oleh Sigmund Freud (1856 – 1939). Menurut Freud, kepribadian manusia memiliki tiga sifat dasar, yaitu superego (hati nurani), ego (penengah antara hati nurani dengan nafsu) serta id (keinginan yang ingin dipenuhi atau nafsu).
Prinsip dasar teori psiko analisa :
1. Tindakan dan tingkah laku orang dewasa dapat dipahami dengan melihat perkembangan masa kanak-kanak mereka;
2. Tingkah laku dan motif-motif bawah sadar adalah saling berhubungan;
3. Kejahatan merupakan representasi dari konflik psikologis. (Isidore Silver, 1981: 53)
Dari teori kriminologo diatas dengan kejadian atas prilaku kejahatan terhadap satwa liar yang dengan sadar dan percaya diri mengunggah fotonya bersama satwa buruannya di media sosial dapat kita simpulkan, bahwa tindak kejahatan yang dilakukan dilihat dari mimik wajahnya, dan prilakunya bahwa sang pelaku menganggap biasa atas tindakannya atau menganggap tindakannya itu secara sadar yang di timbulkan dari banyak faktor dan banyak ragam motif yang menyebabkan bertindak kriminal.
Dari lihat foto2 yang memajang satwa liar yang di buru, yang potong, yang di jerat, yang ditembak atau foto selfie bersama satwa yang mati karena perbuatan.
Mereka semua tersenyum tanpa ada mimik wajah sedih, takut, dah telihat mimik wajah yang bangga atas perbuatan kriminalnya.
Dalam studi psikologi, interaksi sosial mereka yang memiliki kecenderungan perilaku narsistik digambarkan dengan sebuah hubungan yang tidak menyamankan orang lain, mereka cenderung memiliki fantasi akan ketenaran atau malah kekuasaan, seringkali merespon kritik yang sampai ke dirinya dengan amarah dan penjalasan panjang tentang apa yang telah dicapainya atau dicapai orang disekitarnya, kadang malah sampai bersikap merendahkan orang lain yang dianggap mengancam posisi dirinya untuk tetap tampil sempurna (dalam standar dirinya).
Mereka yang narsistik juga kurang mampu menjaga komitmen dan memberikan perhatian dalam interaksinya dengan orang lain, secara yang diperhatikan olehnya terbatas pada dirinya.
Dalam bahasa awam siapakah mereka yang narsis? Mereka yang narsis adalah mereka yang sombong sampai mengganggu orang lain, tidak memiliki tolak ukur yang masuk akal dan sesuai proporsi dirinya, mereka yang sering menjelekkan dan merendahkan orang lain (bisa jadi secara verbal sampai dengan perilaku) guna melindungi dirinya yang merasa terancam (dalam standar dirinya, padahal mungkin bagi orang lain keadaan itu biasa saja), yang seringkali tak mengindahkan orang lain saat akan mewujudkan pengamanan atas diri, “yang penting saya merasa bahagia, yang lain bodo amat,” mungkin itu penjelasan mudah mengenai cara berpikir para narsistik.
Menurut psikolog dan direktur Media Psychology Research Center, Dr Pamela Rutledge, keinginan memotret, mem-posting, dan mendapatkan "likes" dari situs jejaring sosial merupakan hal yang wajar pada setiap orang.
“Keinginan ini dipengaruhi rasa kita pada hubungan sosial. Hal ini sebetulnya tentang eksistensi dan pengakuan sosial.
Menurut pendapat beberapa ahli, selfie ternyata memiliki dampak negatif dan positif. Penelitian di Inggris menyatakan, membagi terlalu banyak foto ke jejaring sosial termasuk foto selfie, berpotensi memperburuk hubungan atau membuat pengunggah foto kurang disukai.
“Peneliti kami menemukan, seseorang yang secara berkala mem-posting foto miliknya di media sosial berisiko membahayakan hubungannya di kehidupan nyata,” kata pimpinan riset Dr David Houghton. Hal ini menurut Houghton dikarenakan tidak semua orang berhubungan baik dengan orang yang mem-posting foto personalnya
Menurut psikolog klinis dan forensik, Kasandra Putranto, selfie merupakan bagian dari narsis. Sedangkan narsis atau narsistik adalah prilaku mencintai diri sendiri yang berlebihan. Narsis tidak hanya pamer di jejaring sosial tapi juga ingin selalu menang sendiri, baik dengan orang lain maupun pasangannya.
“Selfie mewakili satu elemen narsistik, selfie kan prilaku memotret. Narsis adalah lebih kepada mencintai diri sendiri. Pamernya nggak cuma wajah, bahkan berhadapan dengan orang maunya menang sendiri, yang penting diri sendiri daripada orang lain itu kan narsis," jelas Kasandra.
Jadi tidak selamanya selfie berarti narsis. Bisa saja dia hanya selfie hanya untuk kesenangan sesaat. Sementara mereka yang narsis bisa menjadi seorang narsistik atau mengalami gangguan kepribadian. Penderita narsistik percaya bahwa mereka lebih unggul dan kurang memperhatikan perasaan orang lain. Namun di balik itu semua sebenarnya dia memiliki harga diri yang rapuh dan rentan terhadap kritik.
Saya menyimpulkan bahwa tindak perburuan satwa atau kekejaman terhadap satwa secara sadar merupakan tindakan kriminal yang bisa disebabkan gangguan jiwa dan juga tekanan lingkungan ataupun juga bawaan gen .
Sedangkan mengunggah foto narsis atau selfi atas perbuatan kriminal adalah tindakan sakit jiwa, karena secara sadar melakukan tindakan kriminal untuk sebuah pengakuan pada media sosial. Artinya bahwa pengunggah foto adalah orang yang secara sadar berbuat kriminal dan secara sadar bahwa tindakannya adalah pelanggaran hukum namun juga secara sadar agar sosial mengetahui tentang apa yang dilakukan oleh pelaku.
Memang #sakitjiwa.
Lalu apa hubungannya dengan kejadian alam,?
Prilaku satwa sangat dinpengaruhi oleh habitat tempat hidupnya, ekosistem dan pastinya bagian dari ekosistem adalah abiotik yaitu iklim.
Musim kemarau yang panjang merubah kondisi habitat satwa liar menjadi tidak nyaman bagi satwa, karena dengan kemarau panjang maka timbul kekeringan bahkan bisa pada kebakaran hutan yang efeknya pada sumber pakan satwa yang tersedia di habitatnya.
Berubahnya lingkungan ekosistem san habitat mempengaruhi daya jelajah atau prilaku satwa untuk dapat bertahan hidup, yang bisa survive mereka akan migrasi atau berpindah tempat pada areal2 yang memiliki sumber pakan, namun bagi habitat yang sudah mengalami kerusakan baik perambahan, hutan terbakar, ladang masyarakat, maka satu2nya jalan adalah menjadi konflik bagi manusia dan satwa.
Ketika konflik inilah para pelaku kriminal memanfaatkan untuk menjerat, memburu, manangkap dengan mudah satwa yang masuk kampung atau yang pindah habitat.
2 hal diatas bisalah para petugas kehutanan mengambil kesimpulan dan para pelaku konservasi satwa memang harus bekerja keras disaat kemarau panjang selain masalah kebakaran, yang pasti konflik satwa semakin meningkat, dan perdagangan satwa di pasar2 burungpun juga semakin meningkat.
Mari bekerja, memburu para pesakitanjiwa kriminal satwa.
#kuliahrehabilitasiekosistem #etikalingkungan
Senopati akan selalu membaca informasi dan fakta, untuk bekerja, bukan fakta pada media sosial yang kemudian dijadikan bahan kampanye mencari uang