Pulang kampung, kegiatan yang selalu dilakukan oleh orang-orang yang merantau jauh dari kampung halamannya. Ya, pulang kampung, pulang ke kampung tempat dimana kita berasal, tempat dimana kita dibesarkan.
Akan tetapi, pada dasarnya, apa sebenarnya arti pulang kampung itu?
Menurut saya, pada dasarnya pulang kampung mengingatkan kita pada hakikat kita yang seharusnya, hakikat hidup, hidup untuk apa dan hidup untuk siapa.
Hakikat hidup yang bukan semata-mata hanya mencari uang untuk penghidupan, tetapi hidup lebih dari itu. Hakikat kita untuk menjadi orang yang berguna bagi orang lain, yang paling mendasar adalah bagi orang tua, keluarga, dan orang-orang sekitar kita. Kampung halaman, tempat dimana kita dibesarkan, tempat yang ikut serta dalam kehidupan kita, yang membuat kita hingga sampai seperti sekarang ini.
Pulang kampung mengingatkan kita pada nilai-nilai yang ditanamkan sejak kecil, orang-orang yang ikut membesarkan kita, dan hal-hal serta kejadian-kejadian yang juga ikut membangun kita.
Sejauh apapun kita merantau, jangan sampai lupa kacang akan kulitnya, karena kita yang sekarang ini ada berkat semua orang yang ikut mendorong kita dari dulu :)
Merantau tidak berarti memindahkan hidup. Sejauh apa pun saya pergi, sejauh apa pun saya tinggal, rumah saya tetap di jakarta sana. Kehidupan saya tetap ada di tengah keluarga itu. Apa yang terjadi di sini, selama status saya masih “anak”, maka hidup saya ini pun masih ada di sana.
Kenapa? Soalnya saya tidak punya siapa-siapa yang bisa mencintai saya tanpa pamrih selain keluarga. Soalnya saya tidak punya terlalu banyak orang-orang yang peduli dengan saya, dan keluarga kecil saya itu menempati urutan teratas dengan persentase terbesar, kendati jumlahnya masih kecil. Sesederhana itu.
Saya akui, hidup merantau kadang membuat saya terlena. Terlalu terpana karena saya punya kehidupan saya sendiri, bebas dari awasan, peringatan, atau suruhan siapa-siapa. Semua saya lakukan sendiri, terserah saya mau melakukan apa. Terserah saya mau pergi ke mana.
So. Ada kerinduan ketika berpulang ke tanah kelahiran, bertemu orang yang tercinta, bertemu untuk sirahturahmi, mungkin saja singkat. Atau bisa jadi ada kelanjutan, yang membuat selalu rindu pada senyumnya.
Lebaran kali ini adalah perantauan saya yang kesekian kalinya, sama seperti tahun lalu. Pulang atau tidak yang terpenting adalah ketulusan dalam hati dalam memaknai ibadah di bulan ramadhan.
Akan tetapi, pada dasarnya, apa sebenarnya arti pulang kampung itu?
Menurut saya, pada dasarnya pulang kampung mengingatkan kita pada hakikat kita yang seharusnya, hakikat hidup, hidup untuk apa dan hidup untuk siapa.
Hakikat hidup yang bukan semata-mata hanya mencari uang untuk penghidupan, tetapi hidup lebih dari itu. Hakikat kita untuk menjadi orang yang berguna bagi orang lain, yang paling mendasar adalah bagi orang tua, keluarga, dan orang-orang sekitar kita. Kampung halaman, tempat dimana kita dibesarkan, tempat yang ikut serta dalam kehidupan kita, yang membuat kita hingga sampai seperti sekarang ini.
Pulang kampung mengingatkan kita pada nilai-nilai yang ditanamkan sejak kecil, orang-orang yang ikut membesarkan kita, dan hal-hal serta kejadian-kejadian yang juga ikut membangun kita.
Sejauh apapun kita merantau, jangan sampai lupa kacang akan kulitnya, karena kita yang sekarang ini ada berkat semua orang yang ikut mendorong kita dari dulu :)
Merantau tidak berarti memindahkan hidup. Sejauh apa pun saya pergi, sejauh apa pun saya tinggal, rumah saya tetap di jakarta sana. Kehidupan saya tetap ada di tengah keluarga itu. Apa yang terjadi di sini, selama status saya masih “anak”, maka hidup saya ini pun masih ada di sana.
Kenapa? Soalnya saya tidak punya siapa-siapa yang bisa mencintai saya tanpa pamrih selain keluarga. Soalnya saya tidak punya terlalu banyak orang-orang yang peduli dengan saya, dan keluarga kecil saya itu menempati urutan teratas dengan persentase terbesar, kendati jumlahnya masih kecil. Sesederhana itu.
Saya akui, hidup merantau kadang membuat saya terlena. Terlalu terpana karena saya punya kehidupan saya sendiri, bebas dari awasan, peringatan, atau suruhan siapa-siapa. Semua saya lakukan sendiri, terserah saya mau melakukan apa. Terserah saya mau pergi ke mana.
So. Ada kerinduan ketika berpulang ke tanah kelahiran, bertemu orang yang tercinta, bertemu untuk sirahturahmi, mungkin saja singkat. Atau bisa jadi ada kelanjutan, yang membuat selalu rindu pada senyumnya.
Lebaran kali ini adalah perantauan saya yang kesekian kalinya, sama seperti tahun lalu. Pulang atau tidak yang terpenting adalah ketulusan dalam hati dalam memaknai ibadah di bulan ramadhan.