Manajemen keberagaman, ya karana dasar negara kita jelas menyebutkan "bhineka tunggal ika" berbeda beda tapi satujua. Dari SD sampai bangku kuliah saya tidak pernah diajarkan mengenai rasa keberagaman yang bisa menjadikan kekuataan negara ini, semua justru diseragamkan, dari Baju seragam sekolah bahkan iket pinggang, sepatupun harus seragam, begitu juga soal pembangunan, model mesjidpun dijaman orba harus seragam.
Dalam terori manajemen bahwa perusahaan yang bekerja by sistem dimana perusahaan dapat bekerja auto pilot, dengan syarat SDM standar, adanya reward dan punishment, tapi nyatanya teori ini adalah produk neolib yang bertujuan kapital dengan menyiptakan robot pekerja, kasarnya," gaji loe segepok tapi gak boleh protes sama perusahaan, loyal sama perusahaan, siap dikejar target surplus, tutup mata tutup telinga sama urusan yang sosial dinamika kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Dalam beberapa analisa teori konspirasi dan intelejen bahwa strategi perang di masa damai adalah menciptakan keseragaman pada negara kelas ke 2, dimana ada saatnya ketika tergantung dari produk yang diciptakan maka hukum ekonomi berlaku dimana suplay dimaikan oleh negara yang mendesaign.
sebagai contoh, kita tidak akan mati jika tidak makan daging sapi, tapi kenapa import sapi disuplay dari negara tetangga, jika emang butuh protein hewani, negara kita kaya akan ikan, kaya akan protein hewani lainnya yang bisa di genjot dalam sisi produksinya dan tidak harus import sapi berjengot dari australia.
Keberagaman yang dikebiri menjadi seragam, tak kala menyerang dalam sistemik tubuh yang namanya pendidikan di nusantara, dari kurikulum yang diseragamkan sama dari ujung papua sampai ujung NAD, bahkan dengan ujian nasional yg seragam. Jelas ada banyak nilai budaya lokal, nilai nilai moral, nilai yang keberagaman di bunuh karakternya, diseragamkan menjadi sama.
Dalam teori ekologi, bahwa keberagaman jenis tanaman dari sebuah kawasan dapat bertahan dari serangan hama dengan caranya sendiri.bahkan hama tanamanpun bisa jadi tak dapat berkembang, di banding dengan tanaman yang homogen seperti perkebunan.yang sangat rentan dari serangan hama.
Beberapa hari lalu saya ketemu mantan dekan saat semester 1, beliau mengajarkan mata kuliah biodiversty, karena intelektualnya yang bekerja memproteksi dan melakukan pemuliaan pada keberagaman benih lokal, hasil penelitiannyapun diburu raksasa industri pertanian dari amerika, tapi jawabnya inilah kekayaan saya yang di miliki Indonesia dan untuk petani Indonesia.
Satu benang merah dari keberagaman benih lokal adalah memanajemen keberagaman dengan menciptakan benih unggul yang bisa di budidaya murah dan efisien untuk petani. Jika ini dibudidaya masal maka bisa mencukupi kebutuhan pangan negara, dan kitapun tak akan tergantung oleh negara asing.
Dalam keragaman beragama, di akui oleh negara atas kebebasan melakukan ibadah, nyatanya moral agama dan moral nilai leluhur dilunturkan paksa dari cara2 berpikir yang fanatik, nilai moral Torang basudara, di maluku hancur akibat kefanatikan yang di hembus oleh golongan yang telah disusupkan dengan sengaja untuk menghancurkan tatanan budaya nusantara.
Dalam sebuah artikel, yang sedikit membuat trenyuh hatisaya, adalah perkataan seorang suter, saya, orang Katolik, mau bantu orang Muslim. Saya jawab, ‘Kami bukan membantu agamanya tapi membantu orangnya.’ Kami harus membantu siapa saja yang membutuhkan bantuan, apapun agamanya. Saya katakan sejak awal bahwa, “Saya bantu kamu, tapi kamu tidak boleh Katolik. Begitu kamu Katolik, saya dikira mengkatolikkan dan cinta kasih kami terhambat. Maka silahkan sholat lebih rajin, dan jangan menjadi Katolik.”
Justru di tengah orang Muslim, saya bisa menghadirkan cinta kasih tulus, sungguh-sungguh, dan tanpa benteng. Saya bangga. Memang, kalau berkunjung ke pegunungan, saya mencari murid, dan melihat masih banyak orang tidak punya wc sehingga buang air besar di kebun. Kesehatan pasti kurang. (SUSTER GABRIELLA SUYATNI OP)
so, sudah jelas bahwa kita hidup by desaign oleh negara asing yang sengaja menyeragamakan budaya kita, agar mudah di atur dan objek dari kapitalisne neolib. Semua sudah di desaign dari pendidikan sampai urusan perut.
Hanya apatis yang saya bisa. Banyak dosen hanya berteori tapi just talking in front of class, prakteknya kadang 0 besar, lalu si mahasiswapun akhirnya bermental tempe karena diracuni oleh teori teori saja tanpa melihat real yang dihadapi . Karena niatnya adalah kebanyakan mahasiswa kuliah hanya ingin mendapatkan ijazah, bukan mencari ilmu. Hanya ingin nilai A dengan IPK tinggi, tapi mempraktekan ilmunya agak keringet dingin, dan Begitu dihadapkan dunia real, menjadi pegawai gajian negara maka niatnya adalah yang penting gajian, bukan pada melayani masyarakat. Jadi jika pelayanan di kantor pemda agak melelet jangan salahkan pegawainya, tapi salahkan pada kampus yang telah memberikan ilmu ilmu teori pada pegawai pemda.
Membayangkan burung garuda tak gagah lagi kakinya mencengkram sebuah tulisan matinya Bhineka tunggal ika.