Friday, September 3, 2010

Sudahkan kita ber"PIKIRAN POSITIF" ? bagian 2


Apakabar sahabat, rekan-rekan di sore hari ini. kemarin saya menuliskan tentang pemahaman makna kekuatan dari pikiran Bagian 1

Hari ini baru dapet beberapa halaman yang semakin mengena menohok diri saya, ternyata saya sering berpikiran negatif ( bukan porno loh). Sebelum dilanjut mohon maaf bagi rekan-rekan yang merasa notes yang saya tag ini menjadi spam di wall anda, silahkan di hapus saja, atau konfrimasi via Japri di mail saja.


Dalam diskusi di komentar kemarin ada banyak sekali yang memberikan masukan, tentang makna dari pikiran tersebut, dan saya-pun baru saja menambah dan menyerap beberapa halaman dari buku “Terapi Berpikir Postif”, di lembar-lembar berikutkanya ternyata ada banyak makna tentang sebuah kehidupan dari alam bawah sadar kita dalam pikiran-pikiran yang ada di kepala kita, Pikiran-pikiran tersebut akhirnya menjadi faktor-faktor yang saling berpengaruh dan mempengaruhi bahkan saling berhubungkan, dan ini bisa dijabarkan dalam sebuah variabel X dan Y, dimana Y adalah pikiran yang menjadi sebuah tindakan dan X adalah variabel yang mempengaruhi bila dirumuskan bisa menjadi Y=(x1,x2,x3,x4,x5.....)


Percaya atau tidak bahwa ada banyak sekali faktor-faktor yang berpengaruh dalam hidup kita sehingga dapat mempengaruhi alam bawah sadar kita yang pada akhirnya menjadi sebuah keputusan. Dr Ibrahim Elfiky menyebutkan dalam bukunya bahwa berpikir itu sedehana dan hanya butuh waktu sekejap. Namun ada 7 variabel X yang berbeda yang mempengaruhi dan berproses sehingga menjadi variabe Y, yaitu sebuah pikiran dan tindakan dalam hidup kita. Ketujuh variabel itu memberikan kekuatan yang luar biasa pada proses berpikir dan menjadi referensi bagi akal yang digunakan setiap orang baik itu disadari ataupun tidak. Mari coba kita simak tinjauan pustaka dari masing-masing variabel di bawah ini.

  1. Orangtua.

Kenapa orang tua ? Karena dari orang tua-lah kita pertama kali mendapatkan asupan informasi yang membawa pada proses berpikir “ aku belajar seperti proses belajar kera” ujar Ratu Elizabet II, dimana dengan menyaksikan orang tua dan meniru mereka, belajar tentang kata-kata, ekspresi wajah, gerak tubuh , norma dan lain-lain. Karena merekalah orang yang pertama kali kita kenalsaat kita dilahirkan. Tanpa kita sadari bahwa orang tua adalah orang yang paling penting dalam membentuk proses berpikir kita. Asupan informasi itu mengakar dalam diri kita lalu menjadi referensi utama dalam berinteraksi dengan diri sendiri dan dengan lingkungan.

Ada seorang wanita pernah berkata pada saya, beberpa waktu lalu “ selama 30 tahun loe hidup dan selama waktu itu juga orang tua sudah memberikan asupan dalam otak kita sehingga cara berpikir menjadi seperti saat ini” setelah membaca ini aku jadi mengerti maksud kata-katanya, yah benar, mungkin tidak 30 tahun, karena sejak umur 19 saya sudah tidak hidup dalam satu atap dengan orang tua.

Ada beberepa inti aji yang bisa kita ambil dari sini, bagi yang belum berkeluarga, atau yang baru saja menikah atau baru saja menjadi orang tua, atau yang telah menjadi orang tua dan anak-anaknya sudah menginjak masa remaja. Menjadilah suri teladan bagi anak-anaknya. Bisa saja anak yang membangkang, tidak nurut karena buah karya orang tua, yang sejak kecil dipertontonkan dinamika perseteruan antara ayah dan ibunya. Atau bisa saja karena kebiasan-kebiasaan orang tua yang buruk pada akhirnya di tiru oleh sang anak “ ada pepatah “Air cucuran jatuhnya kepelimpahan juga” .

“Keluarga saya baik-baik saja, tentram tidak ada masalah” bisa saja seperti itu ingat ini baru variabel X1 masih ada variabel lainnya, namun bila memang ada yang mengalaminya, tak perlulah kita menyalahkan orangtua kita yang memberikan proses pendidikan pada diri kita salah. Namun saat ini yang terpenting adalah bagaimana mengambil hikmahnya agar kita bisa menjadi pendidik dan pemberi asupan yang baik kepada anak kita atau bahkan cucu kita.


2. Keluarga


Variabel X2 adalah keluarga, dimana keluarga adalah orang terdekat setelah orangtua kita, ini bisa saja saudara laki-laki atau saudara perempuan kita, kakek- nenek dan lain-lainya yang berinteraksi dengan kita, mereka juga banyak memberikan asupan otak kita. Asupan itu menyerap kedalam akal dan dibaca sebagai informasi baru dan menggabungkan dengan informasi yang telah ada sehingga proses pemikiran menjadi kuat.


Ada sebuah cerita dari sahabat, yang mengeluh anaknya lebih nyaman berada di rumah kakek neneknya di banding dirumahnya, sayapun pernah mengalaminya, karena kasih sayang orangtua ketika menjadi ayah ibu kita akan berbeda ketika telah menjadi kakek-nenek dari anak kita, saat itu di rumah kakek dan nenek, saya menemukan kebebasan, menemukan apa yang tidak saya dapatkan dirubah, dan ternyata sistem dalam otak kita ketika mendapatkan informasi yang berbeda akan merespon hal yang berbeda pula, dan kita merasa nyaman dan terlindungin di balik ketiak sang kakek dan nenek, sehingga informasi yang masuk dalam otak kita ada informasi kenyamanan atau informasi baru yang menambah kekuatan dalam pikiran kita.


3. Lingkungan


Lingkungan ini saya jabarkan sebagai varibael X3. Lingkungan atau masyarakat ini bisa beragam, dari lingkungan rumah, kerjay, nah lingkungan merupakan hal yang sangat berpengaruh dan mempengaruhi dalam proses berinteraksi dengan kita. Baik itu dari tetangga, warung kopi, tukang sayur, sopir angkot, hubungan cara pandang Juragan di kantor, emosional gairah kerja di kantor dan lain-lain yang ada disekitar kita. Akal terus mengikat informasi yang didapat dari luar dan disatukan dengan informasi yang didapat dari luar dan disatukan dengan informasi yang sudah tersimpan di alam bawah sadar. Dengan begitu proses pembentukan-pun menjadi kuat.


Kenapa anak tentara / polisi bandel-badel(subjektif kali ya) aroganlah bahasanya. Dalam sekilas bahwa komplek perumahan tentara terlihat disiplin, rapi, bersih dan lain-lain, namun karena lingkungan yang mengajarkan sejak kecil bermain gak jauh-jauh dari bedil, perang-perangan, berlagak juga gak jauh-jauh seperti tentara jagoan, dan selalu saja merasa dirinya (baca: ganknya) paling hebat, sehingga ketika di luar komplek merekapun menjadi brandalan. Itu lingkungan di sekitar rumah. Bagaimana lingkungan kerja kita.


Saya pernah menulis tentang tipe seorang pemimpin sebuah perusahaan beberapa tahun lalu, mungkin bisa di baca di sini. Memimpin dengan HATI


Tapi saya mau memberikan sebuah pendapat, bahwa gaya kepemimpinan juragan di kantor terkadang dapat mempengaruhi pada pola pikir dan tindakan kita, misalnya juragan mengeklusifkan diri atau kurang peka, maka terkadang jongos-jongos di kantorpun seperti cuek atau tak menghargai juraganya. Dosen saya pernah berkata dalam statusnya kalau tidak salah seperti ini: tingkat produksi suatu perusahaan tidak saja di pengaruhi oleh faktor produksi, tapi dipengaruhi oleh senyum si juragan, dan keramahan jurgan terhadap karyawan kelas rendah. Kok bisa pak , Nah senyum itu adalah informasi yang ditangkap oleh otak karyawan yang disampaikan dalam pikirian dengan ditambah sebuah persepsi baru “juragan perhatian” maka hasilnyapun karyawan memacu kinerjanya.


4. Sekolah


Variabel berikutnya yang disebut sebagai variabel X4 adalah Sekolah. Sekolah disini adalah termasuk dalam lingkungan, yang banyak mengajarkan tentang ETIKA, ucapan, perilaku, dari sikap guru atau pengelola sekolah, karena sekolah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam proses pembelajaran, maka kita akan dengan mudah meniru apa yang ada disekolah , baik postif ataupun negatif dan lagi-lagi semuanya memperkaya proses pembentukan pola pikir yang sudah ada sehingga menjadi semakin kuat dalam alam bawah sadar kita.


Ini ada sedikit masukan bagi teman-teman yang bekerja menjadi guru atau dosen, bahwa anda di sekolah atau kampus adalah menjadi pendidik, bukan saja pengajar, karena pendidik memliki 2 tugas dalam proses akademik, selain mengajar anda juga menjadi pendidik, berbeda dengan pengajar, yang anda hanyalah bertugas mengajarkan pelajaran atau mata kuliah saja. “ bener atau tidak kenapa mental anak di negeri menjadi mental tempe, karena ada banyak guru dan dosen kita yang ke kampus atau ke sekolah hanyalah mengajar, mereka tidak pernah memberikan contoh ataupun menjadi suri teladan bagi para murid atau mahasiswanya. Wajar bila hingga kita besar seperti ini atau telah sekian puluh tahun, kita lebih mengingat guru-guru yang banyak memberikan inspirasi dalam hidup kita dan guru-guru yang menjadi musuh kita.


Di kampus atau di sekolah, guru dan dosen adalah orang tua kedua kita, selayaknya mereka juga harus memberikan etika, nilai-nilai moral yang membangun bukan saja nilai-nilai ilmiah yang diberikan. Jujur saja kalau saya tidak mendapatkan pembibing skripsi yang penuh dedikasi dan memahami nilai-nilai budi pekerti dan menjadikan figur orang tua, yah saat di kampus, menjadi teman, di saat diluar kampus, mungkin saja saya masih menjadi macan kampus alias belum tamat. Mukin ini pemebanar saja , “wajarlah masih ada saja teman-teman saya yang berkutat bak hantu gentanyangan berada dikampus, mungkin saja mereka sudah terjerat surat cinta (DO) pak rektor karena sistem yang disebabkan dosen-dosen yang hanya berperan sebagai pengajar. ”



5. Teman


selanjutnya variabel X5 yang disebut sebagai Teman. Setelah orang tua teman itu paling penting. Karena berteman merupakan aktulisasi diri pertama dalam kehidupan kita, yang menentukan pilihan tanpa pengaruh orang tua. Dari temanlah kita dapat sebuah pengakuan atas kebebasan. Sehingga dari temanlah kita bisa saja belajar hal yang postif dan belajar yang hal yang negatif.


Hehehe jujur dari temen saya pun belajar merokok, karena dirumah tidak ada yang menjadi perokok, dari temenlah belajar bolos, bergaul dengan namanya anggur merah, atau karbohidrat cair, tapi untungnya tidak bergaul akrab dengan teman-teman pengguna narkoba,alhamdulilah dari temanlah saya bisa mengurangi dan belajar katakan tidak untuk minuman yang ada label .. %.


Semuanya itu ikut mempengaruhi proses pembentukan pikiran kita, dan data yang tersimpan folder memori otak kita pun semakin banyak dan beragam. Karena itu pintar-pitarlah mencari teman, apalagi mencari teman hidup.


6. Media


Nah ini adalah variabel X6, yang disebut sebagai Media, Kenapa media, karena media dapat memberikan sebuah informasi dan informasi tersebut bisa bersifat positif dan negatif, Percaya atau tidak bahwa anak-anak dibiasakan oleh orangtuanya menontong berjam-jam bahkan puluhan jam jogrok depan TV, dengan tayangan di TV yang beragam. 


Saya sering merasa miris, menyaksikan anak usia dini (3- 10 tahun) menyanyi lagu-lagu remaja, lagu-lagu cinta, yang tidak selayaknya dikonsumsinya... mungkin bagi orangtuanya ini biasa, tapi bagi saya, ini salah, karena maksud dan kata yang ada dalam lagu dewasa belum sesuai dengan umur dan pola pikirnya, dalam bahasa komputer kontentnya gak pas,


DULU jaman masih ditayangkan smackdown, banyak kasus anak-anak SD bergulat dengan teman sekolahnya, yang berakibat cedera, atau tidak usah jauh-jauhlah remaja saat ini terlihat lebih cengeng lebih melow, karena bacaan dan tayangan yang adapun melow banget.


Jaman saya SD cuma ada TVRI tontonan yang saya suka ya flora dan fauna, itu aja boleh jogrok berjam-jam sama ortu, jadinya ya saya seperti ini. Ini masukan ke pada orangtua yang punya anak-anak usia dini dimana orangtuanya bekerja menjadi pekerja kantoran, jangan sebarangan titip anak ke pengasuh, karena terkadang pengasuh hanya berpikir gak rewel, gak nangis, ya ditontonin TV sementara si Bocah karena melihat hal baru, ya ketawa-ketawa saja. Padahal ada hal yang negatif dan ada hal yang positif bisa diserap oleh si bayi.


Selain media yang dimaksud diatas Buku bacaan juga merupakan salah satu media yang dapat memberikan sebuah informasi kepada akal kita yang kemudian direkam oleh folder-folder di kepala kita. ada banyak buku yang pernah saya baca baik itu novel ataupun seperti yang saya baca seperti saat ini, dulu buku bacaan saya tak jauh dari  gerakan pemberontakan, gerakan sabotase, cerita-cerita patriotisme, sehingga membawa pada pola pikir saya yang menjadi pemberontak dan masa bodo...lambat laun saya banyak membaca tentang buku yang membangu jiwa seperti yang ditulis oleh mba zarra zetira, "cerita keheningan" laskar pelangi, 5cm, dan lain-lain....akhirnya saya merasakan bahwa media buku kembali memberikan sebuah spirit untuk jiwa saya yang pada akhirnya menjadikan sebuah pemikiran baru bagi saya. saya sering sekali kehausan membaca .


7Diri sendiri


Ini adalah variabel terakhir yaitu X7, dari sekian banyak variabel yang turut memperkuat terbentuknya pikiran. Variabel diri sendiri adalah penentu dan membentuk keyakinan dan prinsip yang kuat dan selanjutnya kita bisa menambahkan sikap baru yang positif atau negatif, akal akan mengabungkan sikap-sikap baru dengan data-data sebelumnya sehingga proses pembentukan pikiran semakin kuat dan mendalam. Dengan demikian, kita mampu beradaptasi dalam emnghadapi dunia luar. Kemampuan inilah yang menetukan kita suskses atau gagal dan bahagia atau sengsara.


Meskipun terlihat sederhana dan lemah, nyatanya pikiran itu lebih dalam dan lebih kuat dari apa yang kita bayangkan. Berpikir melahirkan pengetahuan , pemahaman niilai, keyakinan, dan prinsip. Pikiran mampu menjadi titik tolak bagi tujuan dan mimpi-mimpi. Pikiranpun menjadi sebuah refernsi rasional dalam eksperimentasi, perjalanan hidup, pemaknaan, serta cara memahami kebahagian dan kesengsaraan. Bahkan pikiran bisa menyebabkan penyakit jiwa dan penyakit fisik. Pikiran bahagia membuat kita hidup bahagia dan pikiran sengsara membuat kita sengsara. Pikiran takut membuat kita takut, pikiran berani membuat kita berani. Socrates berkata “ Dengan pikiran, seseorang bisa menjadi dunia berbunga-bunga atau berduri-duri”


Saya akan memberikan cotoh kecil dalam sebuah perjalanan yang pernah saya lakukan, suatu saat ada sebuah bencana besar di negeri ini, sayapun berangkat sebagai sukarelawan, bersama rekan-rekan tim saya, yang ada di benak saya adalah bekerja menolong apapun yang bisa di bantu, sementara ada teman yang berpikiran saya ikut ini setidaknya bisa keluar daerah dan bisa menikmati suasana baru disana dan bisa jalan-jalan. Ketika kami di lokasi kondisi dilapangan benar-benar parah, bau anyir mayat menusuk hidung kami, kota seperti tak berbentuk kota, air tergenang dimana-mana bangkai-bangkai bergeletakan, karena diri saya sudah menyiapkan diri dengan pikiran tujuan saya hanyalah menolong, maka akal pikiran sayapun bekerja dan fisik saya beradaptasi dengan kondisi dilapangan, ujungnya ya saya enjoy saja, namun teman saya tidak, dia mengeluh kesah setiap saat, dengan kondisi camp, pekerjaan dan lain-lain, dan ternayat inilah namanya penyakit jiwa yang berakibat rekan saya ini sakit secara fisik. Dari sini bisa diambil suatu hikmah bahwa variabel-variabel diatas merupakan penentu dari sebuah pikiran. Yang berdampak pada suatu tindakan, karena pikiran awalnya adalah jalan-jalan rekreasi maka ketika kenyataan yang didapat berbeda dan akal sehatnya tidak bisa beradaptas maka yang terjadi ada kekecewaan dan kesengsaraan, sedangkan saat itu saya memeliki pikiran awal membantu dan menolong menjadi sukarelawan, maka akal saya sudah melakukan searching dalam folder informasi yang ada dikepala saya yang kemudian berpikir tetang segala hal macam masalah yang nantinya dihadapi dilapangan, tubuh saya sudah mepersiapkan segalamacam hal tehnis yang diperlukan, sehingga sayapun merasakan kenikmatan tersendiri saat dilapangan.


Teman-teman perlu kita sadari bahwa berpikir tidak memiliki batas-lintas waktu, jarak dan ruang. Pikiran memiliki kekuatan yang bisa muncul kapan saja dan dalam kondisi apapun. Pikiran adalah sumber pendorong perilaku, sikap dan hasil yang kita hadapi. Pikiran dapat menjadikan anda berjiwa sehat atau sakit. Dan yang terpenting adalah pikiran dapat membangun tata kehidupan anda yang sehat atau sebaliknya, bagi yang baru memiliki anak, sadarliah bahwa pikiran dapat menjadikan anda sebagai orangtua teladan atau sebaliknya. Pikiran juga dapat menjadikan anda sebagai juragan atau yang dihargai oleh bawahannya. Semuanya kembali tergantung kepada kepala anda membaca dan menyeleksi file-file yang ada di folder kepala dalam merencanakan tujuan dan merealisasikanya


semua variabel diatas adalah sebuah kompas hidup dalam menentukan sikap tindakan yang akhirnya menjadi sebuah prinsip. Keberhasilan saya, rekan-rekan, saat ini adalah buah karya pemikiran kemarin. Karena itu “ jika kita ingin sukses maka pelajarilah kesuksesan itu dan berpikirlaj seperti orang-orang sukses” banyak interprener saat ini yang mengajarkan orang -orang untuk menjadi sukses sebagai pengusaha, semuanya karena pemikiran maju untuk menjadi sukses dan mendapat pengajaran dari orang-orang sukses.


Sekali lagi kata Dr Ibrahim E, Pikiran adalah hasil pilihanmu sendiri, SSebelum anda memilih pikiran tertentu maka pertimbakanlah baik-baik. Jika pikiran terenty memiliki dampak postif , mantapkanlah hinga ia jemnjadi kontrol perbuatan anda secara konsisten.


semoga ini bermanfaat bagi rekan-rekan,

Thanks cinta seseorang yang berarti penuh warna mewarnai hidupku yang merekomendasikan untuk membaca buku ini.

No comments:

Post a Comment

Lentera Merah My web Lenteramerah https://pojoklenteramerah.blogspot.co.id/