Setiap pindahan kost atau kontrakan selalu saja barang-barang menjadi masalah bagiku, kekurangan kardus-kardus bekas untuk tumpukan barang-barang itu, beberapa masih berserak di teman-teman, dan inilah barang berharga yang paling banyak untuk di packing. Tak terasa barang-barang itu seketika menggunung di meja ruang kamar ukuran 3x4 m yang super duper berantakan, beberapa di ranjang tidur, bahkan ada yang terletak dalam rak di tolet. mereka semua ku dapat dari sisih menyisihkan uang tunjangan pekerjaan yang emang pas-pasan, beberapa ada yang di dapat dari pasar loakan yang sengaja berburu karena di toko sudah tidak menjualnya, mereka itu adalah BUKU. Tak heran kadang teman-teman yang pernah membantu pindahan sering sumpah serapah mengangkat tumpukan kardus-kardus bekas yang berisi aneka ilmu itu.
Awalnya saya bukanlah kutu buku yang selalu enjoy berjam-jam dengan membaca buku, namun jejalan rumah orang tua saya yang setiap kamarnya terdapat lemari buku. Aneka tumpukan buku mengenai Militter dari staregi perang, tehnik mengemudi Tank, sampai dengan doktrin-doktrin Pancasila Order Baru milih bapak, begitupun aneka buku tentang Hukum milik Mbak yang pertama, dan buku kedokteran hewan milik Mbak ke dua, bahkan juga buku-buku sastra indonesia milik ibu tersedia di lemari-lemari rumah. Semua itulah yang mencekoki aku untuk mencintai buku.
Saat aku SD ternyata membaca itu menjadi sebuah hal yang menarik, dari majalah BOBO, KAWANKU, hingga Trio Dectektif atau Lima sekawan, menginjak SMP Cerita Wiro Sableng, Mahabarata, Lupus. dan menginjak SMA buku-buku yang aku baca lebih pada seri-seri petualangan. eksklopedia, Sejarah, Autobiografi, sesekali stensilan yang di dapat dari teman-teman nongkrong. Menginjak masa-masa kuliah baru sesekali mengenai buku ajaran agama, berbagai macam ideologi dari marksisme sampai ke isme-isme lainnya, dan yang pasti novel-novel dengan kisah perjuangan hidup. Buku-buku kuliah hampir tak sedikit saya miliki walaupun itu hasil membajak, karena uang pas-pasan jadi mampunya fotocopy.
Saat ini membaca bagi saya seperti dahaga yang selalu saja haus, yang tak bisa dihilangkan dengan seteguk air mineral, selalu tak berkecukupan untuk bisa menyegarkan ruang-ruang di tegorakan, bahkan 2-5 jam bila sengang waktu aku mampu duduk membaca sambil ditemani secangki kopi dan rokok,begitupun dalam perjalanan ke luar kota selalu saja ada buku yang selalu ku baca setidaknya menjadi teman untuk menghilangkan kejenuhan.
Mengijak usia kepala tiga, buku-buku yang kubaca ternyata sudah tak beragam lagi, walaupun sesekali masih saja ingin tahu hal-hal lain, ya seperti hidangan setidaknya butuh keragaman menu, walaupun hampir setiap hari sajian tempe selalu menjadi hidangan yang paling lezat bagiku.
HOBY baru dan MIMPI
Membaca buku sudalah bukan hobby baru bagi saya, namun saat ini yang menjadi hoby baru adalah hunting buku loakan di emperan pasar loak ataupun bursa-bursa buku murah. selain mengasikan ada banyak hal yang ternyata tulisan-tulisan di buku-buku lama banyak yang lebih menarik di banding buku terbitan saat ini, walaupun informasi yang di sajikan tidaklah terkini. setiap buku yang menarik bagiku, selalu saja terbaca berulang-ulang bahkan sampai ingat beberapa kejadian dalam buku itu, pernah saya membaca sebuah novel yang berjudul Bandaneira, di dalam kisahnya ada cerita tentang perlawanan Rakyat Maluku melawan Portugis, yang saat itu menguasai sebagian pulau-pulau di Maluku , dari Halmahera, Ternate hingga Ambon, Hal yang menarik saat saya bekerja di Maluku utara, adalah kesempatan mengunjungi benteng-benteng buat Portugis di Ternate tersebut, kisah dalam novel itu sama persis dengan bentuk dan seluk beluk benteng yang saya kunjungi. ternyata sang penulis benar-benar dapat menyajikan tulisan yang dasyat tentang sekelumit benteng dan sejarah nya.
Penulis, tulis-menulis dalam sebuah buku, secara sadar tidak sadar membawa saya ingin juga menulis tentang berbagai hal tentang perjalanan ataupun sesuatu yang saya lakukan hingga mencapai umur kepala tiga ini. mungkin saja bisa menjadi kisah heroik atau bahkan kisah yang puitis penuh romantika. namun sayang ini masih menjadi mimpi, dan saya masih belum bisa menuangkan semuanya dalam tuisan dan menjadi alur yang semua orang bisa mengertinya. ada beberapa catatan yang pernah saya tulis, menjadi sebuah buku, kurang lebih 300 halaman, namun ternyata masih menjadi tumpukan saja. Semoga menulis juga akan menjadi haus yang berkepanjangan bagiku, sama seperti halnya buku, yang merupakan sumber dari segala ilmu.